Kurikulum Kampus Harus Berdampak, Unisma Tancap Gas Siapkan PJJ dan Mahasiswa Baru Tiap Semester

SMARTLIVE — Dorongan agar perguruan tinggi tidak hanya mencetak lulusan pintar, tapi juga lulusan yang berdampak nyata bagi masyarakat, kembali ditegaskan pemerintah. Dalam Seminar Nasional bertajuk “Arah Pembangunan Kurikulum Perguruan Tinggi Menuju Kampus Berdampak” di Universitas Islam Malang (Unisma), Selasa (10/6), Plt. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Diktiristek Kemendikbudristek RI, Dr. Berry Juliandi, menyampaikan urgensi transformasi kurikulum yang lebih adaptif dan solutif. “Kurikulum perguruan tinggi harus dirancang untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya memiliki pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga kemampuan berpikir kritis, inovatif, dan mampu menyelesaikan persoalan nyata di masyarakat,” tegasnya dalam sesi utama seminar yang dihadiri puluhan akademisi dari berbagai kampus.
Menjawab tantangan itu, Rektor Unisma, Prof. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D., mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menyiapkan langkah konkret, termasuk menyusun skema Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) untuk beberapa program studi. “Kami sedang menyiapkan beberapa prodi untuk PJJ, tentu menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur dan izin dari pemerintah,” katanya.
Tak hanya itu, Unisma juga akan melakukan terobosan dalam sistem penerimaan mahasiswa baru. Bila sebelumnya pendaftaran hanya dibuka pada awal tahun ajaran, mulai semester depan mahasiswa baru juga bisa diterima pada awal semester genap. “Insya Allah, tahun ini Unisma akan membuka pendaftaran mahasiswa baru dua kali setahun. Ini bentuk adaptasi kita terhadap dinamika kebutuhan pendidikan tinggi,” ujar Prof. Junaidi.

Seminar ini menjadi momentum konsolidasi antarperguruan tinggi untuk memperkuat arah pengembangan kurikulum berbasis dampak. Acara ini juga membahas peran teknologi, fleksibilitas pembelajaran, dan pentingnya keberlanjutan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM). Menurut Dr. Berry, tantangan pendidikan tinggi bukan lagi sekadar transfer ilmu, tetapi transformasi peran kampus sebagai agen perubahan sosial dan ekonomi. “Kampus harus menghasilkan solusi, bukan hanya skripsi,” tandasnya. Dengan berbagai strategi tersebut, Unisma berharap menjadi salah satu kampus pelopor yang menjawab tuntutan zaman, tanpa meninggalkan nilai dan jati diri perguruan tinggi berbasis keislaman dan kebangsaan. (Ab)