UIN Maliki Malang: Dari Generasi ke Generasi, Membangun Kampus Peradaban Menuju Universitas Islam Berkelas Dunia
SMARTLIVE — Refleksi Dies Maulidiyah ke-64 Tahun Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menjadi momen penting untuk menatap kembali jejak panjang perjalanan kampus ini. Lebih dari sekadar peringatan hari lahir, Dies Maulidiyah adalah ruang tafakur intelektual menimbang perjalanan dari masa ke masa dan menegaskan kembali jati diri UIN Malang sebagai Kampus Peradaban yang berpijak pada nilai-nilai Islam dan keilmuan universal.
Bertajuk Integratif, Inspiratif, Kontributif, dan Globally Inovatif.” Refleksi ini bukan sekadar menandai perjalanan waktu, tetapi menjadi penegasan arah baru kampus: membangun ilmu pengetahuan yang berakar pada nilai Islam, menumbuhkan inovasi global, dan menata kesehatan jiwa insan akademik dalam keseimbangan spiritual dan intelektual. Refleksi Kepemimpinan dan Warisan Peradaban”, acara yang digelar di Auditorium Rektorat, Selasa (28/10) itu menghadirkan suasana haru dan khidmat.
Para rektor lintas generasi, dosen, mahasiswa, serta alumni hadir dalam satu forum untuk merenungkan bagaimana kampus ini berkembang dari institut kecil menjadi universitas Islam yang kini menapaki panggung global.

“UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah karya besar para pemimpin dan pendahulunya. Setiap rektor telah menorehkan sejarah dengan fondasi nilai, spiritualitas, dan visi keilmuan yang kokoh,” ujar Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si.
Jejak Kepemimpinan: Dari Nilai Menuju Peradaban
Perjalanan panjang UIN Malang tidak bisa dilepaskan dari sosok Prof. Dr. Imam Suprayogo, rektor yang dikenal sebagai founding father sekaligus arsitek utama transformasi institusi.
Di bawah kepemimpinannya, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Malang bertransformasi menjadi UIN, membuka babak baru pendidikan Islam modern di Indonesia.
Konsep integrasi ilmu dan agama yang beliau rumuskan melalui filosofi Ulul Albab menjadi pondasi dasar yang hingga kini tetap hidup di setiap sendi akademik kampus. “Prof. Imam mengajarkan bahwa kampus ini harus menjadi imam bukan sekadar lembaga pendidikan, tapi penuntun arah bagi peradaban,” tutur Prof. Ilfi mengenang.
Sistem asrama mahasiswa (boarding system), pembangunan Masjid Ulul Albab, dan budaya akademik berbasis keikhlasan serta kemandirian menjadi warisan monumental era Prof. Imam nilai-nilai yang terus dijaga lintas generasi.
Tongkat estafet berikutnya dipegang oleh Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Ag., yang menandai masa penguatan sistem mutu dan tata kelola universitas. Beliau dikenal tekun dan berdedikasi, bahkan rela mengawal proses akreditasi tanpa jeda hingga kampus meraih akreditasi unggul dan sertifikasi ISO. “Spirit keteladanan beliau menjadi cermin bagi kita semua,” kenang Prof. Ilfi.
Kepemimpinan kemudian diteruskan oleh Prof. Dr. H. Abdul Haris, M.Ag., sosok reformis yang memperkuat sumber daya manusia dan budaya akademik. “Pada masa beliau, banyak dosen berhasil meraih gelar doktor dan guru besar. Itu menjadi titik balik penguatan tradisi ilmiah kampus ini,” ujar Prof. Ilfi.
Setelah itu, Prof. Dr. Zainuddin, M.Ag. membawa UIN Malang melangkah lebih jauh dalam penguatan kelembagaan dan internasionalisasi. Di eranya, jumlah guru besar meningkat pesat hingga mencapai 87 orang sebuah capaian luar biasa bagi perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia. “Beliau memperluas cakrawala kampus hingga melampaui batas nasional,” lanjut Prof. Ilfi.
Era Prof. Ilfi: Meneruskan Warisan, Menembus Dunia
Kini, di bawah kepemimpinan Prof. Ilfi Nur Diana, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang memasuki era baru. Dengan visi besar “Menjadi Universitas Islam Berkelas Dunia yang Unggul dalam Integrasi Keilmuan dan Keislaman”, kampus ini meneguhkan komitmennya pada penguatan riset, digitalisasi layanan, serta modernisasi infrastruktur.
Gedung riset baru berdiri megah, laboratorium terintegrasi dibangun, dan pusat-pusat studi kolaboratif dengan universitas di Timur Tengah, Eropa, dan Asia Tenggara aktif beroperasi.
“Semua ini merupakan langkah strategis untuk menyiapkan UIN Malang sejajar dengan universitas dunia tanpa kehilangan ruh Islaminya,” tegas Prof. Ilfi.
Mahasiswa asing kini mulai hadir di kampus ini, memperkaya interaksi global dalam suasana akademik yang tetap berakar pada nilai-nilai keislaman.
Transformasi UIN Malang bukan hanya tentang fisik dan struktur, tetapi juga tentang cara berpikir bagaimana ilmu, iman, dan amal disatukan dalam visi peradaban.
Dalam refleksi Dies Maulidiyah ke-64 tahun ini, Prof. Ilfi menegaskan pentingnya menjaga Spirit Imam semangat kepemimpinan yang menjiwai setiap kebijakan dan langkah kampus.
“UIN Malang berdiri kokoh bukan hanya karena pemimpinnya, tetapi karena sinergi seluruh elemen: dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan alumni. Mereka semua adalah pelaku sejarah,” ujarnya.
Alumni lintas generasi kini menjadi bagian dari jejaring kekuatan UIN Malang di berbagai sektor kehidupan: pendidikan, pemerintahan, hingga dunia internasional.
Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa semangat Ulul Albab terus hidup dan bertransformasi dalam wujud nyata pengabdian.
Enam dekade lebih perjalanan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah kisah tentang kesinambungan nilai dan keberanian berinovasi. Prof. Imam Suprayogo menanamkan nilai dan ruh keilmuan; Prof. Mudjia Rahardjo mengokohkan mutu; Prof. Abdul Haris memperkuat SDM; Prof. Zainuddin memperluas horizon global dan kini Prof. Ilfi melanjutkan visi besar itu menuju universitas Islam berkelas dunia.
Dies Maulidiyah ke-64 menjadi momen introspektif: bukan sekadar menengok masa lalu, tetapi meneguhkan arah masa depan. Bahwa UIN Malang bukan hanya lembaga pendidikan, melainkan pusat peradaban yang memadukan ilmu dan iman.
“Perjalanan kita belum berakhir,” tutup Prof. Ilfi dengan penuh makna. “Kita akan terus melangkah dengan niat tulus, menjadikan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sebagai kampus yang tidak hanya unggul dalam ilmu, tetapi juga menjadi imam bagi peradaban dunia.” (Sh)
