Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara Latih Relawan Fotografi dan Dongeng

CITILIVE – Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara menggelar pelatihan dasar fotografi menggunakan gawai bagi para relawan sebagai bagian dari Program Dukungan Institusi yang didukung oleh Kementerian Kebudayaan. Pelatihan ini diikuti oleh 10 relawan dari berbagai latar belakang, termasuk guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan mahasiswa.
“Pelatihan ini bertujuan agar relawan dapat mendokumentasikan kegiatan mendongeng untuk diunggah ke media sosial,” ujar Ketua Yayasan Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara, Yudi Agus Priyanto, pada Minggu, 26 Januari 2025.
Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara merupakan salah satu dari 64 lembaga di Indonesia yang mengikuti Program Dukungan Institusi. Melalui program ini, yayasan berupaya untuk kembali memopulerkan budaya mendongeng sebagai tradisi tutur. Kegiatan meliputi pelatihan pendongeng cilik dan relawan yang terbuka untuk umum, serta mendongeng rutin di sekolah-sekolah setiap bulan, mulai dari PAUD, TK, hingga SD.
“Kami menargetkan lima sekolah setiap bulan. Dalam setahun, kami berharap dapat menjangkau 1.000 siswa,” tambah Yudi.
Di era digital ini, anak-anak cenderung lebih sering menggunakan gawai untuk bermain gim, berinteraksi di media sosial, atau belajar, yang terkadang berujung pada kecanduan. Mendongeng, kata Yudi, dapat menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai sekaligus menanamkan nilai-nilai moral, karakter, dan akhlak.
Relawan yang mengikuti pelatihan fotografi diharapkan dapat mendokumentasikan kegiatan mendongeng dan membagikannya di media sosial sebagai upaya membangun rekam jejak digital. Tujuannya adalah menarik perhatian masyarakat untuk kembali menghidupkan tradisi mendongeng kepada anak-anak, sebagaimana yang biasa dilakukan orang tua dahulu sebagai pengantar tidur.
Selain itu, Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara akan mengeksplorasi cerita-cerita lokal dari Malang, seperti kisah dari relief candi, sejarah daerah, hingga epos Panji yang memiliki akar budaya kuat di wilayah tersebut. Untuk itu, sanggar akan melibatkan seniman, budayawan, dan sejarawan setempat. “Malang memiliki kekayaan cerita yang dapat menjadi inspirasi bagi para pendongeng,” jelas Yudi.
Mendongeng juga akan dimanfaatkan sebagai sarana edukasi dan mitigasi bencana bagi anak-anak sejak dini. Kabupaten Malang, yang rentan terhadap bencana alam seperti erupsi Semeru, banjir, longsor, dan gempa bumi, menjadi fokus perhatian. “Kami telah mendongeng kepada anak-anak penyintas erupsi Semeru sebagai bentuk trauma healing,” tutupnya.