Mengetahui Sejarah Permusikan, bisa Melalui Kunjungan ke Museum Musik Indonesia
CITILIVE – Bagi generasi muda, pengetahuan tentang kekayaan Indonesia dalam bentuk alat musik tradisional seringkali mudah didapatkan. Namun, perjalanan industri musik dalam negeri juga memiliki sejarah yang menarik dan patut untuk diingat.
Industri musik Indonesia telah mengalami perkembangan pesat, terutama dengan munculnya era digital. Pemanfaatan teknologi digital dan internet telah mengubah lanskap bisnis industri musik secara signifikan dalam waktu yang relatif singkat.
Saat ini, akses terhadap musik sangat mudah. Dengan menggunakan telepon pintar dan koneksi internet, masyarakat dapat dengan cepat menikmati musik dari berbagai artis favorit mereka. Namun, situasi ini berbeda dengan era sekitar tahun 1980-an.
Industri musik di Indonesia dapat dikatakan dimulai dengan piringan hitam, yang kemudian berkembang menjadi reel tape, kaset, compact disc (CD), dan video compact disc (VCD). Namun, dengan berjalannya waktu, industri musik berubah tanpa menghasilkan bentuk fisik.
Pada masa lalu, kehadiran piringan hitam hingga VCD memiliki peran penting dalam perkembangan industri musik di Indonesia dan dunia. Namun, bagi generasi Z yang lahir antara tahun 1997-2012, tidak semua dari mereka mengenal kaset.
Kaset, sebagai wadah untuk menyimpan data suara dalam bentuk lagu atau musik, pernah menjadi barang koleksi yang populer di kalangan penggemar musik di Indonesia. Namun, dengan berkembangnya pemutar musik digital, penggunaan kaset dan tape deck menjadi semakin langka.
Untuk memahami lebih dalam tentang perkembangan industri musik Indonesia, Museum Musik Indonesia (MMI) di Kota Malang, Jawa Timur, menjadi tempat yang tepat untuk dikunjungi.
MMI menawarkan koleksi unik berupa kaset, piringan hitam, CD, VCD, serta berbagai alat pemutar musik yang membawa pengunjung merasakan pengalaman masa lalu dan sejarah industri musik.
MMI, yang dulunya dikenal sebagai Galeri Malang Bernyanyi, memiliki lebih dari 40 ribu koleksi yang diprakarsai oleh enam orang pendiri. Salah satu koleksi unggulan MMI adalah busana panggung dari grup Dara Puspita, yang menjadi ikon dalam sejarah musik Indonesia pada 1964-1972.
Selain sebagai tempat pengunjung memahami sejarah industri musik, MMI juga memiliki peran besar dalam edukasi generasi muda. Menarik minat anak-anak muda untuk mengunjungi museum tersebut menjadi tantangan utama bagi pengelola MMI.
Dengan berbagai program yang disiapkan, seperti kerjasama dengan perguruan tinggi dan perlombaan menyanyi, MMI berharap dapat meningkatkan minat kunjungan generasi muda ke museum.
Melalui upaya merawat dan melestarikan sejarah musik Indonesia, MMI berkontribusi dalam menjaga identitas budaya dan warisan musik asli Indonesia. Diharapkan, melalui kerja sama antara berbagai pihak, generasi muda akan tetap menghargai dan mengembangkan kekayaan musik Indonesia.
Dilansir dari antaranews.com, Kepala MMI Ratna Sakti Wulandari mengatakan bahwa “Menghargai musik tradisi Indonesia merupakan bagian dari identitas kita. Mari kembangkan dan kolaborasikan dengan musik modern. Identitas Indonesia harus tetap dijaga”.
Dengan demikian, menjaga warisan musik Indonesia tidak hanya menjadi tanggung jawab MMI, melainkan juga seluruh pemangku kepentingan dalam upaya memperkuat identitas budaya bangsa.