Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
22/11/2024
SMARTLIVE

Siswa SMP Diskusikan Kesetaraan Gender

wahyu_setiawan
  • Desember 10, 2021
  • 3 min read
Siswa SMP Diskusikan Kesetaraan Gender

DIKSAR, Malangpost.id – Ada hal berbeda dari pembelajaran PPKn siswa kelas VIII SMP 2 YPK Jatim Malang, Selasa (7/12/2021). Mereka melakukan Diskusi Kelas bertajuk “Kesetaraan Gender”.

Tujuan diskusi itu adalah untuk memperingati Hari Hak asasi Sedunia yang jatuh setiap tanggal 10 Desember. Tentunya ini sejalan dengan tema hari HAM sedunia “Kesetaraan Mengurangi Kesenjangan, Memajukan Hak Asasi Manusia”.

Diskusi Kelas diawali dengan kegiatan literasi untuk menemukan permasalahan kesetaraan gender, penyebab, serta bagaimana solusi yang tepat mengatasi kesetaraan gender.

Menurut Helga Priscilla Poetry, salah satu siswa kelas VIII, berdasarkan data Komnas Perempuan terdapat 4.000 kasus kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Itu terjadi sejak Januari hingga September 2021.

“Maraknya kekerasan terhadap perempuan, dan kasus pelecehan seksual, masih menjadi masalah besar di Indonesia,” imbuhnya.

Terlebih publik baru saja dikejutkan dengan kasus kekerasan seksual berujung kematian yang menimpa mahasiswi, warga sebuah desa di Mojokerto, Jawa Timur.

Baca Juga: Kuatkan Literasi, SMP 4 YPK Jatim Malang Ingin Bentuk Pelajar Pancasila

Serta Mentik (nama samaran), putri penghuni salah satu panti asuhan di Kota Malang. Ia diduga menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan YG (18), warga Jl Teluk Bayur Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kota Malang.

Faktor Utama Kekerasan Perempuan dan Anak

Lebih lanjut Helga menyampaikan, terdapat beberapa faktor penyebab utama terjadinya kekerasan pada perempuan dan anak. Antara lain faktor ekonomi, media sosial, pernikahan usia dini, kepribadian dan kondisi psikologis yang tidak stabil.

Kemudian faktor lingkungan, laki-laki dan perempuan tidak diposisikan setara dalam masyarakat, serta persepsi mengenai kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga turut ditutup karena merupakan masalah keluarga bukan masalah sosial.

Baca Juga:  AICIS 2023: REKONTEKSTUALISASI FIKIH

“Ini yang paling sering menyebabkan kasus-kasus kekerasan yang kita temui,” katanya.

Dalam pemaparannya, Helga mencoba memberikan solusi yang dapat kita lakukan untuk mewujudkan kesetaraan gender. Pertama mengakhiri diskriminasi terhadap semua wanita dan anak perempuan.

Kedua menghilangkan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak baik di ranah publik maupun pribadi. Ketiga melawan pernikahan usia dini. Keempat kaum lelaki mau melakukan pekerjaan yang selama ini kebanyakan dikerjakan perempuan.

Baca Juga: Ingin Mudahkan Pembelajaran PPKn, SMP 4 YPK Jatim Malang Gunakan Pantun

“Seperti mencuci, setrika, memasak, belanja urusan dapur, membersihkan rumah dan sebagainya,” tuturnya.

Tujuan untuk Membentuk Pelajar Bernalar Kritis

Sementara itu AMZ Supardono, guru PPKn SMP 2 YPK Jatim Malang menyampaikan, tujuan diadakan diskusi kelas ini adalah untuk membentuk pelajar yang bernalar kritis.

“Adalah Pelajar Pancasila yang mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif. Lalu membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi, dan menyimpulkannya,” jelasnya.

Dengan demikian siswa dipersiapkan untuk terus berliterasi melaksanakan indikator profil Pelajar Pancasila, serta menumbuh kembangkan sikap menghargai kesetaraan antara perempuan dan lelaki.

Baca Juga: Siswa SDK Santa Maria III Ikuti Pelatihan Jurnalistik

Itu bisa dimulai dengan kesetaraan dalam pendidikan. Yakni dengan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada perempuan untuk menjadi pembicara dalam diskusi, pengurus OSIS, pengurus kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta dalam aneka kegiatan di sekolah.

Dalam kesempatan yang sama, Deasy Andayanti SSi Kepala SMP 2 YPK Jatim Malang menuturkan, tujuan dari diskusi kelas ini kecuali untuk mengisi kegiatan setelah PAS (Penilaian akhir semester) juga untuk melatih peserta didik.

Yakni peserta didik dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir kritis, memecahkan masalah, metakognisi, berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan kreatif, serta literasi informasi.