Rektor UB Perketat Kegiatan Mahasiswa, Usai Temukan Terduga Teroris

DIKSAR, MALANG LIVE – Senin (23/05/2022) Densus 88 menangkap IA alias Ilham di indekosnya di Perum Dinoyo Permai. IA alias Ilham merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang menjadi terduga teroris.
Peristiwa ini dinilai merusak citra nama baik Universitas Brawijaya yang masuk rangking 10 besar skala nasional dan rangking 801 dunia.
IA merupakan mahasiswa aktif semester 6 Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UB. Ilham dikenal sebagai mahasiswa yang cerdas. Dengan rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Ilham yang selalu di atas 3.
IA diketahui pernah menulis artikel yang berjudul Faktor-Faktor Penyebab Migrasi Wanita-Wanita Muslimah Eropa Menuju ke Wilayah Islamic State dan telah terpublikasi pada Desember 2021. Artikel itu berisi tentang faktor-faktor yang mendorong wanita muslim Eropa untuk memutuskan bermigrasi ke wilayah yang dikuasai ISIS.
Namun terlepas dari apa yang ditulis IA, menurut Abdul Hakim, Wakil Rektor III UB, kampus merupakan sarana penyaluran ekspresi mahasiswa, jadi selama artikel itu hanya menjadi representasi akademik, tidak akan menjadi sebuah masalah. Apalagi IA merupakan mahasiswa Hubungan Internasional.
Hakim belum juga mendapat informasi detail tentang apa saja kegiatan IA selama di kampus. Apakah IA tergabung dalam sebuah organisasi kemahasiswaan atau forum mahasiswa dan lain sebagainya.
“Kami masih mengumpulkan data, dia aktif di apa, berjejaring dengan kelompok diskusi mana saja dan kegiatannya apa saja di kampus,” ungkap Hakim, (25/05/2022).
Rektor Perketat Kegiatan Dalam dan Luar Kampus
Setiap tahun, Universitas Brawijaya telah memiliki beragam upaya untuk mencegah kegiatan radikalisme. Hal ini dilakukan untuk seluruh civitas akademika, baik mahasiswa, karyawan, maupun dosen.
Sejak 2020 lalu, Universitas Brawijaya telah melakukan sosialisasi pendidikan anti radikalisme kepada mahasiswa baru dengan mengundang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Hakim mengungkapkan, untuk mahasiswa ada program wawasan kebangsaan.
“Dulu program pembinaan mental kebangsaan yang sejak dua tahun lalu diubah jadi program bela Negara,” pungkas Hakim.
Namun meski begitu, dengan jumlah mahasiswa UB yang begitu banyak, tidak mungkin para dosen untuk dapat mengawasi mahasiswa satu per satu.
“Kami tak mungkin mengawasi satu per satu mahasiswa. Setiap kegiatan kemahasiswaan juga selalu dipantau,” ungkap Hakim.
Setelah kejadian ini, kampus akan lebih memperketat lagi kegiatan yang akan dilakukan oleh mahasiswa. Setiap kegiatan harus mengantongi izin fakultas dan rektorat.
Sebagai upaya pencegahan, kampus pun akan terus melakukan koordinasi dengan aparat militer dan kepolisian untuk saling memberi informasi tentang kegiatan civitas akademika. Baik yang terselenggara di dalam kampus atau luar kampus.