Prof. Muhadjir Effendy Dikukuhkan sebagai Guru Besar di UM: Dari Kebijakan Nasional ke Dedikasi Akademik

SMARTLIVE – Setelah melalui perjalanan panjang di ranah kebijakan publik, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP. kini kembali ke akar akademiknya dengan resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Sosiologi Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Negeri Malang (UM). Pengukuhan ini berlangsung dalam Sidang Terbuka Senat Akademik UM yang digelar di Graha Cakrawala, Kamis (13/2/2025).
Momen ini menjadi babak baru dalam perjalanan intelektual seorang Muhadjir Effendy, yang sebelumnya dikenal sebagai tokoh pendidikan dan pejabat negara. Dengan latar belakang panjang sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019) serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2019-2024), ia kini kembali ke dunia akademik, membawa serta pengalaman dan gagasannya untuk pendidikan Indonesia yang lebih maju.

Pengukuhan sebagai Guru Besar ini bukan sekadar penghargaan, tetapi bukti dedikasi Muhadjir dalam dunia akademik. Dalam konferensi pers sehari sebelumnya, ia menegaskan bahwa perjalanan meraih gelar Guru Besar membutuhkan konsistensi dan ketekunan.

“Menjadi seorang akademisi bukan sekadar soal jabatan atau gelar, tetapi tentang bagaimana kita terus berkontribusi dalam keilmuan. Setelah menyelesaikan tugas di pemerintahan, saya akhirnya memiliki waktu untuk mempersiapkan pengukuhan ini dengan maksimal,” ujar Muhadjir.
Ia juga mengakui bahwa memperoleh gelar Guru Besar bukanlah proses yang instan. Regulasi akademik terkait linieritas bidang keilmuan menjadi salah satu tantangan yang harus ia hadapi. Namun, dengan konsistensi dalam menulis jurnal dan mengembangkan riset, ia berhasil memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan.
“Saya terbiasa menyelesaikan sesuatu secara tuntas. Meskipun kesibukan di pemerintahan menyita waktu, saya tetap berusaha menjaga ritme akademik dengan terus menulis dan melakukan penelitian,” tambahnya.
Sebagai akademisi yang memiliki pengalaman luas di sektor pendidikan dan kebijakan publik, Muhadjir berkomitmen untuk tetap membina mahasiswa dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu pendidikan di Indonesia.
Sebelum kembali ke dunia akademik, Muhadjir telah meninggalkan jejak kepemimpinan yang kuat dalam kebijakan pendidikan di Indonesia. Saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (2016-2019), ia melahirkan berbagai program strategis yang hingga kini masih menjadi dasar dalam sistem pendidikan nasional.
Beberapa kebijakan penting yang ia cetuskan antara lain:
✅ Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) – Program yang mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis sekolah, keluarga, dan masyarakat.
✅ Sistem Zonasi Pendidikan – Upaya untuk pemerataan akses dan kualitas pendidikan di seluruh daerah.
✅ Revitalisasi Pendidikan Vokasi – Langkah konkret dalam meningkatkan daya saing lulusan SMK agar lebih siap menghadapi dunia kerja.
Saat menjabat Menko PMK (2019-2024), Muhadjir tidak hanya fokus pada sektor pendidikan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam isu-isu strategis nasional.
Salah satu pencapaiannya yang paling menonjol adalah penurunan angka stunting di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, prevalensi stunting berhasil ditekan dari 30,8% (2018) menjadi 21,5% (2023).
Selain itu, ia juga menggagas berbagai program intervensi sosial, termasuk penguatan indeks pembangunan manusia (IPM), yang meningkat dari 71,92 (2019) menjadi 74,39 (2023).
“Saya percaya bahwa pembangunan manusia harus berfokus pada dua hal utama: pendidikan dan kesehatan. Kedua aspek ini adalah fondasi utama dalam menciptakan generasi unggul,” jelasnya.
Bahkan, beberapa kebijakan yang dirintisnya di pemerintahan kini menjadi dasar bagi program nasional, salah satunya Makan Bergizi Gratis (MBG), yang kini dikembangkan oleh Prabowo Subianto sebagai bagian dari program nasional.
Dalam prosesi pengukuhan ini, Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., memberikan penghormatan khusus kepada Muhadjir. Ia menegaskan bahwa UM adalah institusi akademik yang selalu terbuka bagi para pemikir dan cendekiawan dari berbagai latar belakang.
“Universitas Negeri Malang selalu mengedepankan semangat keilmuan tanpa batas. Dalam budaya intelektual, ada konsep Djokolelono dalam tradisi Jawa, yang mencerminkan perjalanan ilmu yang tidak terbatas pada satu tempat saja,” kata Hariyono.
Senada dengan itu, Prof. Dr. AH. Rofiuddin, M.Pd., selaku Ketua Senat Akademik UM, juga mengapresiasi dedikasi tinggi Muhadjir yang tetap menjaga komitmen akademiknya meskipun memiliki jadwal yang padat.
“Prof. Muhadjir adalah contoh nyata bagaimana akademisi dapat tetap relevan di dunia kebijakan. Komitmen beliau terhadap pendidikan sangat luar biasa,” ujar Rofiuddin.
Dalam pidato akademiknya, Muhadjir menekankan bahwa tantangan pendidikan di Indonesia masih sangat besar.
“Kita harus terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Pendidikan di era digital tidak hanya berbasis ruang kelas, tetapi juga harus mampu menjangkau semua kalangan melalui sistem yang lebih fleksibel,” paparnya.
Ia juga berharap agar kebijakan yang telah dirintisnya dapat dilanjutkan dan diperkuat oleh generasi mendatang.
“Ke depan, kita harus semakin memperkuat sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan berorientasi pada kebutuhan nyata,” pungkasnya.
Dengan dikukuhkannya Prof. Dr. Muhadjir Effendy sebagai Guru Besar di UM, perjalanan akademiknya kembali mencapai titik penting. Meski telah sukses di ranah kebijakan nasional, ia tetap berpegang teguh pada komitmennya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencetak generasi penerus yang lebih unggul.