PJJ Terus Dilaksanakan, Guru : Kami Kerja 24 Jam
DIKSAR, Malangpost.id – PPKM Darurat Jawa-Bali, termasuk Malang Raya resmi terlaksana mulai tanggal 3 Juli 2021 hingga tanggal 20 Juli 2021 mendatang.
Selama PPKM Darurat, instansi atau lembaga pendidikan dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi yang awalnya digembar-gemborkan bakal bisa dilaksanakan secara luring terbatas, kini secara penuh wajib melakukan PJJ (Pendidikan Jarak Jauh).
PJJ diketahui telah banyak mengubah pola aktivitas dan interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Mulai dari teknis absensi, kegiatan belajar mengajar, sampai dengan penugasan kepada para peserta didik.
Sebelum PJJ dilaksanakan, kegiatan-kegiatan tersebut bisa terlaksana secara cepat dan efisien, tanpa adanya perantara komunikasi.
Akan tetapi setelah PJJ dilaksanakan, pola kegiatan ini menjadi berubah. Dalam artian segala kegiatan pendidikan harus memakai perantara alat komunikasi, seperti HP yang tersambung dengan jaringan internet.
Beberapa Permasalahan PJJ yang Dihadapi
Perubahan ini kemudian juga berpengaruh pada jam kerja tenaga pendidik. Seperti absensi siswa misalnya, sebelum PJJ untuk absensi bisa dilakukan serentak dan hanya butuh waktu setidaknya 10 sampai 15 menit dalam satu kelas.
Tutik salah seorang Guru SD di Kabupaten Malang mengungkapkan, setelah PJJ waktu absensi kadang baru selesai sekitar satu sampai dua jam karena adanya kendala gadget bagi sebagian peserta didik.
Selain masalah absensi, pengumpulan penugasan juga memerlukan waktu yang lebih lama dibanding sebelumnya.
Mereka lantas menyampaikan, tidak sedikit siswa didik terlambat mengumpulkan hasil penugasan melebihi batas waktu yang sudah ditentukan. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor.
Pertama dan paling sering terjadi adalah gadget untuk mengumpulkan tugas daring masih dipakai orang tua untuk bekerja. Sehingga siswa bersangkutan baru mengirim tugas, setelah orang tua sudah pulang dari tempat kerja.
“Sebenarnya untuk penugasan, sudah kita beri batasan waktu mengumpulkan. Setiap hari maksimal jam 7 malam. Dan siswa itu, sering mengirimnya melebihi batas waktu,” ujar Tutik
Baca juga : Pembelajaran di Enam Provinsi Terdampak PPKM Darurat Wajib PJJ
“Pernah ada siswa yang mengumpulkan jam setengah 12 malam , karena orang tua baru datang dari bekerja. Mau tidak mau tetap kita layani, walaupun sudah di luar jam kerja,” sambungnya
Kemudian masalah jaringan internet, karena keterbatasan jaringan internet tugas baru bisa dikirim setelah gadget yang dimiliki sudah terhubung dengan internet.
“Sekarang guru seperti bekerja 24 jam, harus stand by cek HP melihat hasil tugas dan melakukan penilaian. Sampai saya itu mual lihat HP,” tegas Tutik
Kondisi tersebut kemudian hanya bisa dimaklumi oleh guru SD lainnya, yakni Han Guru Olahraga. Jika pekerjaan tidak selesai di sekolah, mau tidak mau dia harus melanjutkan di rumah.
“Untuk jam kerja, sekarang kita Cuma bisa maklum. Iya tidak apa-apa mau bagaimana lagi. Kalau pekerjaan tidak selesai disekolah, kita lanjut di rumah begitu saja” tutur Han
Jam Kerja Guru Overload Saat Daring
Tidak hanya pada tingkat SD. Pada tingkat SMA yang mayoritas siswa sudah paham teknologi dan bisa menggunakan gadget. Masalah jam kerja guru yang bisa dikatakan overload juga terjadi saat sekolah daring.
Menurut Erma salah satu Guru Bahasa Indonesia tingkat SMA di Kabupaten Malang, walaupun disekolahnya sudah ada sistem timer untuk pemberian materi dan pengumpulan tugas melalui aplikasi LMS (Learning Management System).
Namun jam kerja masih sering overload, karena penilaian tugas tidak bisa dilakukan secara langsung sebagaimana saat tatap muka.
Baca juga : Isu Perkuliahan Tatap Muka Juli 2021, Apakah Efektif?
“Waktu istirahat semakin berkurang. Kalau dulu penilaian bisa langsung dilakukan di kelas. Misal saya jam pertama dan jam kedua di kelas A, kemudian jam tiga empat di kelas B. Ketika di kelas B sudah selesai memberi materi dan tugas, itu saya buat untuk mengoreksi tugas kelas A” tambahnya
Guru hanya bisa berharap, supaya ke depan pandemi bisa segera selesai. Sehingga sekolah bisa berjalan dengan normal kembali, dan murid bisa diajarkan untuk menunjukkan prestasi yang sebenarnya.
Jika memang pandemi masih berlanjut, mereka berharap agar tatap muka segera bisa dilaksanakan tentunya dengan tetap menjaga protokol kesehatan secara ketat.