Kuliah Kebangsaan Sesi II: Pembahasan Semakin Seru Mengenai AI
CITILIVE – (31/05/24) Telah dilaksanakan kuliah kebangsaan di Graha Cakrawala UM, mulai pukul 08.00 – 15.30 WIB. Acara dihadiri oleh Mahasiswa UM yang sudah daftar di awal melalui form sebelum hari H acara, Mahasiswa PPG, Mahasiswa S2-S3 Pendidikan Kejuruan, S2-S3 Pendidikan Dasar, dan para undangan.
Untuk Kuliah Kebangsaan kali ini mengusung tema: “Becoming One Nation Through Automation” dan untuk pembahasan sesi ke-2 lebih kepada “Connection Session” atau inti sari dari pembahasan kuliah kebangsaan sesi 1.
Acara dibuka oleh sambutan Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., selaku Rektor UM dan CEO B ONE Corporation, Bapak Idham Fitriyadi, S.E., MOS., sekaligus penyelenggara acara kuliah kebangsaan.
Pada sesi ke-2 ini, acara dibuka oleh pemateri Bayu Skak selaku Content Creator dan Sutradara Film mulai pukul 13.00 WIB. Tema talk show yang diusung lebih kepada: “Manusia vs Mesin: Optimasi Kolaborasi Manusia dan AI di Berbagai Industri”. Pembahasan lebih kepada bagaimana cara kita memanfaatkan AI untuk kebutuhan industri, terutama dunia digital.
Inti dari pembahasan yang disampaikan oleh Bayu Skak adalah kita perlu memanfaatkan AI dengan baik tanpa menjadikan kita orang malas atau tidak berinovasi, tidak kreatif. Apalagi sekarang industri lebih ke bidang digital, maka kalau bisa antara manusia dan Ai bisa berkolaborasi tanpa mengubah atau melupakan perannya masing-masing.
Jangan mau disetir oleh AI, karena kita yang membuatnya selaku manusia. Kita juga harus jadi orang yang memiliki konsep budaya kreatif. Karena orang Indonesia masih minim akan hal itu dan tidak menyadari bahwa peluang akan hal itu besar. Cuma tidak tahu caranya. Hal ini disampaikan oleh pemaparannya, yaitu
“Jadi ya semuanya memanfaatkan AI karena ya jadi pasar. AI lahir iki dari kita dari manusia yang menciptakan Ai. Kalau kitanya sebagai manusianya kita tuh kecerdasan manusia itu adalah kecerdasan yang akumulatif yang memunculkan peradaban. Nah, kalau kita malas atau apa namanya tidak berpikir yang kreatif ya kita akan tertinggal. Maka dari itu, jadilah orang berbudaya kreatif, yang mana kreatif dalam mencari solusi. Jadi bukan berarti orang kreatif. Wong sing iso gambar, wong kreatif yo iso”.
Setelah pemaparan materi dari Bayu Skak selesai, maka dilanjutkan dengan brainstorming yang mana menyatukan narasumber kembali untuk berdiskusi mengenai inti dari pembahasan kuliah kebangsaan ini.
Mulai dari Dr. Hanif Fakhrurroja, S.Si., M.T., MCE, MCAAIF, CBDA, CRP, ITS AI, ITS DA, ITS PY. sebagai Praktisi Peneliti AI di BRIN, CEO B ONE Corporation Pak Idham Fitriyadi, dan Bayu Skak.
Dr. Hanif lebih menjelaskan kepada pencarian dan pembuatan data yang memudahkan kinerja dan kebutuhan manusia. Semisal pembuatan CV oleh AI dan secara rinci nantinya jadi beserta skill, dan pengembangan diri lainnya.
Semakin lengkap memberikan data atau menyiapkan data yang akan dibuat oleh AI, maka hasilnya semakin bagus dan.lenglap. Jadi pintar-pintarnya kita dalam mengelola AI. Hal itu diperkuat oleh penjelasan Dr. Hanif berikut:
“Ilmu mesin nanti yang pertama isinya kan bisnis understanding kita. Jadi semisal cari pola dan tujuan teman-teman akan karir dan jurusan yang tepat. Maka data preparation itu perlu agar data yang dihasilkan oleh AI unggul dan baik. Data modeling nanti muncul hasil dari mode model yang sebelumnya kita training. Jadi sebelum digunakan kita lakukan pemodelan dulu di data try kemudian bikin data modeling. Setelah data menunjukkan validasi validasi data”.
“Untuk membangun modelnya itu perlu data yang banyak. Data tersebut divalidasi kemudian dideploy. Nah, semakin kita banyak memberikan data semakin cerdas AI dalam membuat hasil data yang kita mau. Itulah tantangan ke depannya” ujar beliau
Bapak Idham lebih menambahkan kepada perlunya membuat “road map” untuk tujuan atau planning hidup kedepannya. Dari sini, karir dan masa depan bisa terjamin. Setidaknya terminimalisir rasa takut atau ragu-ragu, atau kegagalan masa depan.
Saat di masa muda sudah planning akan hal tersebut, maka rasa khawatir tidak terlalu menguat untuk dipikirkan. Hal tersebut, diperkuat oleh penjelasan Pak Idham yang mana:
“Ketika saya sudah berkuliah, saya langsung membuat “road map” saat itu umur 19 tahun karena saya tahu jurusan yang saya tempuh dipaksa oleh orang tua. Sementara saya tidak bisa. Sehingga bagaimana caranya saya cari link dan partner yang bisa mendukung bisnis saya nantinya. Sampai sekarang bisa terlaksana karena “road map” itu sendiri”.
“Pertempuran adik-adikku semua bukan sama kampus tetangga saja, tetapi dengan robot juga, yaitu AI. Jadi jadikan AI sebagai tools saja, bukan kita yang termakan atau dihandle oleh AI”, ujar beliau
Pembahasan tersebut dipantik dengan sesi tanya jawab. Proses tanya jawab dirasa seru dan kondusif. Didukung oleh pemateri yang mampu menjawab pertanyaan dengan lugas dan kritis dari pertanyaan mahasiswa yang cukup kritis juga!
Akhir dari sesi tanya jawab, dilanjutkan dengan pembagian doorprize dan merchandise yang ada.
Kesan dan pengalaman mahasiswa UM selaku peserta kuliah kebangsaan ini cukup bagus, terbukti dari pernyataan salah satu mahasiswa S1 Pendidikan Kimia Alya Nindya Karina, yang mengatakan bahwa:
“Kami diperlihatkan contoh nyata bagaimana AI dan manusia dapat bekerja sama untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai industri. Pemateri memaparkan banyak studi kasus menarik yang membuka mata kami tentang potensi kolaborasi ini”.
Kesan dan pengalaman yang didapatkan dari kuliah kebangsaan pasti memunculkan harapan bagi setiap pesertanya. Salah satunya diungkap oleh salah satu mahasiswa S1 Pendidikan Kimia, Aisatul Munawaroh:
“Harapan saya terhadap acara ini adalah yang pasti dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi mahasiswa, dosen, dan profesional di bidang teknologi dan industri”, ujar dia
Tidak lupa juga pesan dari peserta kuliah kebangsaan untuk masyarakat juga perlu agar tahu, dimana ditambahkan oleh Arda Novita Mahasiswa S1 Ilmu Perpustakaan Angkatan 2022 yang mengatakan bahwa:
“Mari lebih aware dengan keberadaan AI dan jangan sampai terlena dengan keberadaannya yang pada akhirnya membuat kita menjadi malas, terutama mahasiswa. Mahasiswa yang baik dapat menggunakan AI sebagai alat dalam menyelesaikan tugas, bukan malah bergantung sepenuhnya pada AI. Jangan sampai kita digantikan oleh AI”.
Pastikan, dengan adanya AI untuk membantu bukan untuk menguasai kita yang bisa berpikir kreatif dan kritis.