Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
22/11/2024
SMARTLIVE

Hindari Learning Loss dengan Hybrid Learning saat PTM Terbatas

wahyu_setiawan
  • Oktober 29, 2021
  • 3 min read
Hindari Learning Loss dengan Hybrid Learning saat PTM Terbatas

DIKSAR, Malangpost.id – Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020, kondisi ini telah membuat beberapa transisi terhadap segala bidang, terutama pendidikan. Sebagai ujung tombak pendidikan, guru harus beradaptasi menciptakan perubahan pembelajaran. Dari yang awalnya pembelajaran secara tatap muka penuh, digeser menjadi pembelajaran berbasis online.

Atas upaya adaptasi itu, juga membuat para siswa harus beradaptasi mengikuti perubahan-perubahan yang telah dilakukan. Mengingat proses transisi juga masih terus terlaksana sampai setelah angka kasus Covid-19 di wilayah Indonesia menurun, khususnya untuk wilayah Kota Malang. Akibatnya kembali membuat sekolah melakukan upaya adaptasi pembelajaran. Dari yang awalnya online, menjadi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas.

Menanggapi perubahan tersebut, Andreas Setiyono Skom Spd, Wakabid Kurikulum dan Pembelajaran SD Anak Saleh Malang menuturkan bahwa pihaknya telah membuat sejumlah inovasi pembelajaran dalam menghadapi pandemi. Saat siswa mulai dirumahkan, pihaknya telah membuat pembelajaran berbasis digital dengan memanfaatkan Google Classroom.

Begitu pula dengan kondisi PTM terbatas seperti sekarang, sekolah telah menyiapkan beberapa tahap sesuai dengan kebijakan yang dianjurkan oleh pemerintah. Selain itu, untuk membantu pemerintah dalam pelaksanaan prokes, PTM terbatas yang pihaknya laksanakan dibuat bertahap. Kebijakan semacam itu, juga dilaksanakan agar para orang tua siswa tidak kaget dengan pelaksanaan PTM terbatas di SD Anak Saleh.

“Kita buat bertahap dan terjadwal, saat kapasitas yang diperbolehkan 50%, kami jalankan 25% terlebih dahulu, karena jumlah kapasitas siswa kita banyak sekitar 660-an siswa, jadi tidak mungkin kita langsung buka 50%. Begitu pula saat Kota Malang turun menjadi PPKM level 2, kita masih tetap pakai kapasitas 50%,” ujarnya.

Andreas melanjutkan, saat ini sistem pembelajaran yang dilaksanakan adalah Hybrid Learning (campur online dan offline). Jadi dalam waktu yang bersamaan separuh siswa mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah, setengahnya lagi mengikuti pembelajaran dari rumah secara online. Hal ini diharapkan agar interaksi masing-masing siswa bisa lebih berjalan.

Baca Juga:  Kepala Biro AUPK Langsukan Kegiatan Guna Mematangkan Penilaian BLU Maturity Rating

“Kami benar-benar menghadapi learning loss, baik dari sisi akademik maupun karakternya, sehingga untuk mengatasi hal itu kita putuskan pakai hybrid learning. Jadi suasana sekolah bisa lebih hidup, dan sangat interaktif,” kata Andreas.

“Memang jelas berbeda antara pembelajaran offline dengan PTM terbatas seperti sekarang. Namun perlu diketahui, ada dampak positif dari pembelajaran online berupa meningkatnya literasi digital,” sambungnya kepada Malangpost.id.

Meskipun pembelajaran sudah terlaksana secara campuran, berkas materi siswa tetap berada di Google Classroom. Oleh karenanya seluruh siswa masih rutin mengunjungi Google Classrome masing-masing. Mereka juga tetap bisa mengakses berbagai fitur soal latihan, materi, dan juga fitur eksplorasi. Dengan demikian diharapkan literasi digital siswa dapat terus meningkat dengan benar. 

Saat pandemi Covid-19, Andreas juga mengaku merasakan tiga fase pendidikan. Fase awal adalah saat awal pandemi, membuat pembelajaran menjadi sangat tidak efektif. Mengingat masih adanya pencarian formula yang tepat untuk menjalankan pembelajaran, sedangkan tuntutan kurikulum masih terus berjalan.

Selanjutnya masuk fase kedua, dimana kebijakan kurikulum sudah mulai disederhanakan. Seperti dihapusnya ujian dan penilaian bukan berdasarkan ketuntasan, tapi lebih kepada perkembangan masing-masing siswa. Lalu fase ketiga, yakni PTM terbatas dengan menggunakan hybrid learning seperti sekarang.

“Saat ini kita tetap menggunakan tiga aspek penilaian, ada penilaian sikap, penilaian pengetahuan, dan penilaian keterampilan,” tegas Andreas.

Ia menekankan SD Anak Saleh sudah siap dalam banyak fasilitas, sehingga pihaknya bakal tetap mengikuti kebijakan yang telah pemerintah buat. Tetapi Andreas berharap, pembelajaran bisa terlaksana secara tatap muka penuh seperti sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Sehingga guru bisa memberikan pembelajaran kepada siswa dengan lebih baik.

Sebagai informasi, karena beberapa sebab, sekitar 10% orang tua siswa belum mengizinkan anaknya untuk mengikuti PTM terbatas di SD Anak Saleh. Namun karena penyediaan fasilitas yang menunjang PTM terbatas, jumlah orang tua yang belum mengizinkan anak untuk ikut tatap muka di sekolah semakin berkurang.