Berdagang Sepatu, Antarkan Prof. Oman Sukmana Raih Gelar Profesor

SMARTLIVE – Suasana haru menyeruak saat Prof. Dr. Drs. Oman Sukmana M.Si., mengakhiri pidato ilmiahnya, ketika dikukuhkan sebagai Guru Besar (Gubes) Bidang Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu, 10 Juni 2023.
Sambil terbata, laki-laki kelahiran Sumedang 9 Februari 1966 ini menyanyikan lirik lagu Ebiet yang ditujukan untuk ayahnya yang duduk di barisan paling depan.
Dengan mata berkaca-kaca, Prof. Oman, bersyukur berhasil menjadi guru besar.
“Usaha bapak tidak sia -sia meski harus kehilangan sawah dan ladang,” ujarnya.

Sementara Rektor UMM, Prof. HM Fauzan M.Si, mengenang masa-masa bersama menjadi dosen UMM.
“Awal menjadi dosen UMM, Prof. Oman sempat menjadi pedagang sepatu. Pulang dari Sumedang membawa sepatu lalu dijual ke sesama dosen yang pembayarannya boleh diangsur,” kenang Rektor Prof. HM Fauzan.
“Saya tahu persis perjalanan panjang meraih gelar profesor Oman Sukmana. Di mana ada kesulitan pasti ada kesuksesan yang kini telah dipetiknya,” ungkap Prof. Fauzan.
Sebagai pimpinan UMM, Prof. Fauzan memberi apresiasi dan berharap gelar Gubes ini dapat menjadi cerminan figur dosen yang bijak. Sehingga dapat meningkatkan kadar berpikir untuk kampus UMM dimasa mendatang yang lebih baik.
“Kami menunggu kiprah inovasi dari Prof. Dr. Drs. Oman Sukmana M.Si.,” ucap Rektor UMM.
Prof. Oman Sukmana merupakan Guru Besar bidang ilmu Sosiologi Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP UMM.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Oman mengupas Gerakan Sosial sebagai Model Intervensi Makro Sosial.
Berdasarkan pengamatannya, problem sosial itu nampaknya semakin meningkat, baik secara kualitas maupun secara kuantitas.
”Problem sosial yang dihadapi oleh individu misalnya soal stress, depresi, kemudian soal-soal kehilangan motivasi dan lain sebagainya, saya kira semakin meningkat”, katanya.
Saat ini, tambahnya, banyak sekali problem sosial yang dihadapi baik dalam skala individu, meso, dan makro.
Problem sosial yang menjadi prioritasnya antara lain problem terkait keluarga, problem kelompok seperti tawuran, kemudian soal-soal kekerasan dalam rumah tangga.
Kemudian problem sosial yang bersifat makro yang dihadapi masyarakat atau komunitas, misalnya soal-soal yang terkait dengan memudarnya sosial trust, memudarnya solidaritas kelompok.
Diakuinya, komunitas atau masyarakat sekarang, tidak lagi memberikan jaminan sosial bagi kenyamanan hidup seseorang/anggota masyarakat lainnya.
“Problem-problem sosial yang saya kira harus dikaji secara akademik adalah penyebabnya dan bagaimana solusi untuk mengatasinya,” terangnya.