Begini Upaya MTsN 6 Malang Bentuk Siswa Mahir Bidang Penelitian
DIKSAR, Malangpost.id – Tiap tahun pelajar MTsN 6 Malang telah banyak memperoleh prestasi di bidang penelitian.
Pada Tahun 2020 lalu misalnya, MTsN 6 Malang berhasil mendapatkan juara pertama tingkat nasional dalam ajang Myres (Madrash Young Research Super Camp) yang digelar oleh Kementerian Agama (Kemenag).
Lalu bagaimana upaya MTsn 6 Malang membentuk peserta didik agar mahir pada bidang penelitian?
Berkaitan dengan hal ini Dr. Sutirjo M.Pd., Kepala MTsN 6 Malang mengungkapkan, sejak ditetapkan sebagai madrasah riset oleh Kemenag, pihaknya terus berfokus pada pelaksanaan dan pengembangan bidang riset (penelitian) bagi peserta didiknya.
Pelajaran Tambahan Diberikan
Hal ini dilakukan dengan cara pengadaan pelajaran tambahan yang diberikan kepada siswa. Baik berupa ekstrakurikuler di luar jam pelajaran, maupun berupa muatan intrakurikuler di dalam jam pelajaran untuk kelas tertentu saja.
“Diberikan kepada kelas yang memang secara kemampuan mereka (siswa) memang sudah terseleksi. Dari anak-anak yang mengikuti KTI (Karya Tulis Ilmiah) baik intra maupun ekstra, pasti kemampuannya akan muncul,” tambah Sutirjo
Dirinya melanjutkan, terdapat tiga bidang penelitian yang menjadi fokus pengembangan, yakni bidang sains dan matematika, lalu bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan Humaniora, selanjutnya adalah bidang Agama.
Sebenarnya ketiga bidang tersebut sama-sama ditekankan, namun tetap didasarkan atas minat dari setiap siswa.
“Pembimbing hanya memberi opsi ketiga bidang itu, tetapi kembali lagi pada minat masing-masing anak. Minat siswa kebetulan selama ini lebih tertarik dibidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam),” kata Sutirjo
Sehingga proposal yang kita kirim untuk kompetisi lebih banyak ke bidang IPA. Kita memberikan layanan kepada anak-anak, ketiganya kita berikan. Walaupun lebih banyak yang ke IPA, tetap kita wadahi,” sambungnya
Keterampilan MTsN 6 Malang Terbentuk Karena Kebiasaan
Sutirjo lantas mengungkapkan, bahwa keterampilan yang dimiliki oleh siswa MTsN 6 Malang terbentuk dari kebiasaan dalam melaksanakan program bidang penelitian. Sehingga kemampuan siswa, bukan merupakan skill yang “ujug-ujug” ada.
“Memang kita programkan pada kurikulum dan didukung oleh kesiswaan. Kemudian ini juga sejalan dengan visi misi madrasah dan karakter unggul yang sudah kita tentukan. Jadi kita membiasakan anak untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Salah satunya dengan cara siswa melakukan riset,” paparnya
Dirinya menyebutkan, ide dalam melakukan riset lahir dari inovasi siswa yang mengikuti program KTI.
Peran guru pembina dalam hal ini adalah melakukan arahan kepada siswa pada proses lanjut pengkajian penelitian.
Proses pembinaan tidak selalu berbentuk “top down” atau dari guru kepada siswa, akan tetapi menciptakan iklim kolaborasi antar guru dengan siswa.