Batu Miliki 23 Ragam Kesenian, Generasi Muda diharapkan Bisa Lestarikan dan Memanfaatkan
BATU, Malangpost.id – Selain terkenal akan wisatanya, Kota Batu ternyata juga memiliki berbagai macam ragam kesenian. Tercatat ada 23 macam kesenian yang hingga kini terus dilestarikan oleh masyarakat Kota Batu.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu, Winarto Ekram menyebutkan, ragam kesenian tersebut antara lain ada Sanduk, Bantengan, Jaran Kepang, dan lain sebagainya.
Jaran Kepang
Seperti namanya, Jaran Kepang merupakan jenis tarian menggunakan alat berbentuk kuda (Jaran) yang terbuat dari belahan anyaman bambu (Kepang).
Diiringi dengan permainan musik tradisional, para pemain akan menjempit alat tersebut di antara dua kaki dan mulai menarikan beberapa pola tarian.
Kuda-kudaan dari anyaman bambu tersebut, memang menjadi ciri khas dari salah satu tari kesenian untuk menolak bala ini.
Tidak hanya tolak bala, tari Jaran Kepang juga memiliki fungsi untuk meminta kesuburan, ketenteraman, dan juga cerminan sifat manusia.
Bantengan
Tidak jauh berbeda dengan Jaran Kepang, tari Bantengan juga menggunakan sarana atau alat tambahan berupa kepala banteng yang biasanya terbuat dari pahatan kayu.
Kepala Banteng ini, dilengkapi dengan kain hitam yang dibentuk sedemikian rupa hingga berbentuk menyerupai tubuh banteng.
Kain hitam tersebut berfungsi sebagai tempat dua pemain. Satu pemain berperan sebagai kaki depan banteng, sedangkan satu pemain lainnya berperan sebagai kaki belakang.
Uniknya, kebanyakan pemain bagian depan akan kesurupan, dan pemain belakang akan mengikuti semua gerakan tarian dengan iringan musik khas bantengan.
Sanduk
Tari sanduk merupakan jenis tari tradisional yang sebenarnya berasal dari Madura. Oleh masyarakat Kota Batu, tarian ini terus dikembangkan dan dilestarikan secara turun temurun.
“Sanduk satu kesenian pawai, jadi satu penari perempuan dan satu penari pria akan menari dijalan secara bersama,” ujar Winarto, Jumat (8/9/2021).
Para penari pria dan wanita tersebut memakai baju tradisional Madura yang didominasi warna merah. Sebelum pandemi, tarian ini digunakan untuk memeriahkan penyelenggaraan berbagai acara di Kota Batu.
“Ada sekitar 514 grup kesenian yang terdaftar. Untuk Sanduk, di tiap desa mempunyai minimal satu grup dan maksimal empat grup pemain Sanduk,” tambahnya.
Winarto melanjutkan, kesenian Bantengan dan Jaran Kepang sudah diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menjadi kesenian asli Kota Batu.
Bukan hanya itu, saat ini Disparta Kota Batu juga mendaftarkan kesenian lain, termasuk Sanduk untuk mendapatkan pengakuan dari Pemerintah Pusat.
Ia percaya, kesenian merupakan sebuah ruang untuk menyegarkan dan merefresh badan bagi pegiat setelah seharian menjalankan aktivitas.
Sebab itu Winarto berharap, generasi muda saat ini bisa memanfaatkan kesenian dan kebudayaan. Tidak hanya sebagai menjadi hobi, kesenian juga bisa menjadi tambahan mata pencaharian.
“Semoga ada perhatian lebih terhadap kebudayaan termasuk benda-benda peninggalan serta kesenian,” pungkas Winarto.