Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
22/11/2024
SMARTLIVE

Tentang Kurikulum Merdeka, Yuk Pelajari Di Sini!

desi3
  • Juli 14, 2022
  • 3 min read
Tentang Kurikulum Merdeka, Yuk Pelajari Di Sini!

DIKSAR, MalangLive – Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka. Sebelumnya, kurikulum ini dikenal dengan nama Kurikulum Prototipe untuk Sekolah Penggerak.

Kurikulum Merdeka diluncurkan Mendikbud Ristek sebagai opsi sekolah dalam rangka pemulihan pembelajaran yang terdampak pandemi.

Saat ini, masing-masing sekolah masih boleh memilih kurikulum yang akan digunakan di satuan pendidikan masing-masing. Pilihan kurikulum yang diberikan, yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka.

Pengertian Merdeka Belajar sendiri adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.

Buat pembaca yang belum tahu tentang Kurikulum Merdeka, simak informasi lengkapnya di sini yang kami lansir dari Ruang Guru.

Apa itu Kurikulum Merdeka?

Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana materi akan lebih optimal. Sehingga, peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.

Dalam kurikulum ini, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat pengajaran sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.

Kurikulum Merdeka bertujuan untuk mengasah minat dan bakat anak sejak dini dengan berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter, dan kompetensi peserta didik.

Kapan Kurikulum Merdeka diterapkan?

Menurut Kemdikbud Ristek, Kurikulum Merdeka rencananya akan dijalankan sebagai opsi tambahan terlebih dahulu selama tahun ajaran 2022-2024 dalam rangka pemulihan pembelajaran pasca pandemi.

Nantinya mulai 2024, diharapkan Kurikulum Merdeka sudah bisa diterapkan secara nasional. Selain itu, Kemdikbud Ristek juga akan mengkaji ulang mengenai implementasi Kurikulum Merdeka ini berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran di 2024 mendatang.

Untuk sekarang, sekolah-sekolah bisa mulai mengimplementasikan kurikulum baru ini secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah. Jika ada sekolah yang memang masih belum siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, maka sekolah tersebut masih boleh menggunakan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat sampai sekolahnya siap. Kewenangan untuk memilih kurikulum diserahkan oleh Kemdikbud Ristek kepada kepala sekolah dan guru pada tiap-tiap sekolah.

Baca Juga:  Beasiswa dari Jardine Cycle and Carriage Diberikan kepada Lima Mahasiswa UI

Kurikulum Merdeka sudah diuji coba di 2.500 sekolah penggerak dan juga diluncurkan di sekolah lainnya. Menurut data Kemdikbud Ristek, sampai saat ini, telah ada sebanyak 143.265 sekolah yang sudah menggunakan Kurikulum Merdeka.

Jumlah ini akan terus meningkat seiring mulai diberlakukannya Kurikulum Merdeka pada tahun ajaran 2022/2023 di jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA.

Konsep Kurikulum Merdeka

Untuk konsep Kurikulum Merdeka sendiri terbagi menjadi 6 fase untuk jenjang kelas 1 sampai kelas 12, yaitu Fase A hingga Fase F. Menurut Nadiem, inti dari Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar, yaitu konsep yang dibuat agar siswa bisa mendalami minat dan bakat dari setiap murid masing-masing.

Jika sebelumnya di Kurikulum 2013 peserta didik di tingkat TK hingga SMP harus mempelajari semua mata pelajaran, lain halnya dengan Kurikulum Merdeka. Di Kurikulum Merdeka, peserta didik tidak akan lagi menjalani hal seperti itu.

Dengan Kurikulum Merdeka, murid tidak akan lagi ‘dipaksa’ untuk mempelajari mata pelajaran yang bukan menjadi minat utamanya. Peserta didik bisa memilih materi yang ingin dipelajari sesuai dengan minat masing-masing, sesuai dengan konsep Merdeka Belajar.

Tak hanya membebaskan siswa memilih materi, kurikulum ini juga mengutamakan strategi pembelajaran berbasis proyek. Artinya, murid akan mengimplementasikan materi yang telah dipelajari melalui proyek atau studi kasus, sehingga pemahaman konsep bisa lebih terlaksana.

Proyek ini dinamakan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang bersifat lintas mapel. Melalui proyek ini, peserta didik diminta untuk melakukan observasi masalah dari konteks lokal dan memberikan solusi nyata terhadap masalah tersebut. Dengan metode ini, fokus siswa tidak hanya untuk mempersiapkan diri menghadapi soal-soal ujian, namun terasa lebih menyenangkan.