Wali Kota Malang Rombak Perpustakaan, Jam Operasional Diperpanjang, Tambah Co-Working Space

CITILIVE – Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengungkapkan rencana pembaruan menyeluruh terhadap tata kelola Perpustakaan Kota Malang, termasuk jam operasional dan atmosfer ruang baca yang dinilai masih terlalu formal. Gagasan ini muncul sebagai respons atas banyaknya keluhan masyarakat, terutama pelajar dan mahasiswa, yang merasa kesulitan mengakses perpustakaan di luar jam kerja.
“Ada yang kirim DM ke saya lewat Instagram, menyampaikan bahwa perpustakaan hanya buka saat jam kerja. Padahal banyak mahasiswa ingin cari referensi tapi datangnya sudah sore, akhirnya tutup,” kata Wahyu, dikonfirmasi pada Selasa (29/7). Saat ini, jam operasional Perpustakaan Kota Malang hanya terbatas pada hari dan jam kerja, yakni Senin–Jumat hingga sore hari. Hal itu menjadi hambatan bagi mereka yang baru bisa berkunjung di akhir pekan atau malam hari. Menjawab keresahan itu, Wahyu membuka wacana membuka perpustakaan di hari Minggu, khususnya setelah gelaran Car Free Day (CFD) di Jalan Ijen. Lokasi perpustakaan yang berada di koridor strategis Ijen dinilai potensial menjadi ruang publik alternatif usai olahraga pagi warga.

“Bayangkan kalau habis CFD, orang bisa langsung mampir baca buku atau sekadar duduk santai di perpustakaan. Bisa jadi ruang transit yang edukatif,” jelasnya. Tak hanya soal jam operasional, Wahyu juga mendorong transformasi ruang baca agar tidak lagi kaku dan terlalu formal. Ia mewacanakan pembentukan co-working space di dalam perpustakaan, agar lebih nyaman dan sesuai dengan kebutuhan generasi muda saat ini. “Kota Malang ini kota pendidikan. Perpustakaannya juga harus tumbuh jadi ruang yang bikin betah, bukan seperti tempat belajar yang kaku. Harus fleksibel, bahkan bisa buat diskusi atau kerja kelompok,” tambahnya. Langkah ini disebut menjadi bagian dari upaya menjadikan perpustakaan sebagai ruang publik inklusif, bukan hanya tempat menyimpan buku.
Fasilitas seperti jaringan internet cepat, ruang diskusi mini, hingga akses buku digital juga tengah dipertimbangkan.Untuk mendukung perluasan jam operasional, Wahyu menyebut akan dilakukan pengaturan ulang terkait pembagian shift petugas jaga, termasuk pengkajian anggaran untuk pembaruan koleksi buku dan fasilitas pendukung lainnya. “Kami ingin orang datang ke perpustakaan bukan karena terpaksa, tapi karena merasa nyaman dan dilayani dengan baik. Harus dibuat senyaman mungkin, baik dari suasana hingga jenis bukunya,” ujarnya.
Rencana pembaruan ini mendapat perhatian karena sejalan dengan tren global transformasi perpustakaan, yang kini tak hanya berfungsi sebagai pusat literasi, tetapi juga sebagai ruang komunitas, kolaborasi, dan inovasi.Jika terealisasi, pembaruan ini diyakini akan meningkatkan jumlah pengunjung serta memperkuat branding Kota Malang sebagai Kota Pendidikan yang ramah literasi. (Ab)