Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
26/09/2025
CITILIVE

Wali Kota Malang Gerakkan 500 Warga Jadi Agen Pemilah Sampah, Target Kurangi Beban TPA Supit Urang

rifamahmudah
  • September 24, 2025
  • 4 min read
Wali Kota Malang Gerakkan 500 Warga Jadi Agen Pemilah Sampah, Target Kurangi Beban TPA Supit Urang

CITILIVE, MALANG – Di balik keseharian warga Kota Malang yang sibuk dengan aktivitas kerja, sekolah, hingga rutinitas rumah tangga, ada satu masalah yang terus membayangi: sampah. Setiap hari, ribuan ton sampah dihasilkan, dan sebagian besar berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang. Kondisi ini membuat beban TPA semakin berat, bahkan mengancam daya tampungnya.

Berangkat dari persoalan inilah, Pemerintah Kota Malang berusaha mencari solusi. Salah satunya dengan menggerakkan masyarakat agar lebih peduli dalam mengelola sampah sejak dari rumah.

Pada Rabu (24/9/2025), lebih dari 500 warga dari berbagai kelurahan di Kota Malang berkumpul di Hotel Pelangi. Mereka bukan sekadar menghadiri acara biasa, melainkan mengikuti Pelatihan Pengelolaan Sampah yang diinisiasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang.

Dari Rumah, Gerakan Itu Dimulai

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, yang membuka kegiatan ini menegaskan, kunci utama keberhasilan pengelolaan sampah bukan di pemerintah, melainkan di rumah tangga.

“Melalui pelatihan ini, masyarakat bisa belajar memilah dan mengolah sampah dengan baik. Kalau semua bergerak bersama, timbulan sampah yang dibawa ke TPA bisa berkurang. Manfaatnya bukan hanya lingkungan yang lebih sehat, tetapi juga ekonomi warga bisa terbantu,” ujarnya.

Wahyu menekankan pentingnya membiasakan diri memilah sampah organik dan anorganik sejak dari dapur rumah. “Sampah organik bisa dijadikan kompos. Sampah anorganik seperti plastik, bisa didaur ulang atau dijual. Kalau kebiasaan ini tertanam, masalah sampah bisa diurai perlahan,” tambahnya.

Tumbuh dari Usulan Warga

Menariknya, kegiatan pelatihan ini bukan semata program pemerintah yang datang dari atas, tetapi justru lahir dari usulan masyarakat dalam Musrenbang kelurahan, musrenbang tematik, dan pokok pikiran DPRD.

Baca Juga:  Among Tani Foundation : Gelar Seminar dan Lomba Inovasi Lingkungan Hidup di Kota Batu

Plt Kepala DLH Kota Malang, Gaimaliel Raymond, mengungkapkan, ada sekitar 514 hingga 520 peserta yang hadir. Mereka berasal dari unsur RT, RW, PKK, hingga kelompok penggerak lingkungan. “Harapan kami, setelah mengikuti pelatihan, mereka bisa langsung mempraktikkan di rumah tangga masing-masing. Jadi tidak semua sampah harus berakhir di TPA,” jelasnya.

Raymond menambahkan, saat ini volume sampah di Kota Malang memang cukup tinggi. Karena itu, pengurangan dari sumbernya menjadi strategi paling efektif. “Kalau sampah bisa dipilah sejak awal, otomatis yang masuk ke TPA berkurang. Sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi pupuk kompos, sedangkan sampah anorganik bisa masuk ke bank sampah dan menghasilkan pendapatan tambahan,” katanya.

Bank Sampah Jadi Penopang Ekonomi Warga

Sejalan dengan itu, DLH Kota Malang juga menargetkan untuk memperbanyak bank sampah. Hingga kini, sudah ada ratusan bank sampah yang tersebar di berbagai wilayah. Konsepnya sederhana, warga bisa menabung sampah anorganik yang kemudian dihargai dengan uang.

“Dengan semakin banyak warga yang terlibat, bank sampah bisa berkembang lebih besar dan memberi dampak ekonomi nyata. Warga tidak hanya ikut menjaga lingkungan, tetapi juga bisa mendapat keuntungan finansial,” ungkap Raymond.

Sistem ini terbukti mampu memberikan nilai tambah. Bagi ibu rumah tangga, sampah plastik atau kardus yang biasanya hanya dibuang begitu saja, bisa ditukar menjadi uang belanja tambahan. Bahkan, beberapa komunitas kreatif mulai memanfaatkan bahan daur ulang menjadi produk kerajinan bernilai jual.

Antusiasme Peserta

Suasana pelatihan di Hotel Pelangi hari itu penuh semangat. Para peserta mendengarkan materi dari narasumber tentang cara memilah, mendaur ulang, hingga mengolah sampah organik menjadi kompos. Tak sedikit yang antusias mencatat, bahkan langsung bertanya bagaimana cara mengelola sampah di lingkungan mereka.

Baca Juga:  Wisata Bromo Ditutup Sementara 10–13 Juni 2025, Ini Alasannya

“Kalau pelatihan ini benar-benar dipraktikkan, dampaknya pasti besar. Karena masalah sampah sebenarnya tanggung jawab kita semua,” ujar Sri Wahyuni, salah satu peserta dari Kecamatan Sukun.

Bagi sebagian warga, pelatihan ini juga membuka wawasan baru. Mereka tidak lagi melihat sampah hanya sebagai barang buangan, tetapi juga sebagai sumber daya yang bisa menghasilkan nilai ekonomi.

Harapan ke Depan

Gerakan 500 warga menjadi agen pemilah sampah ini diharapkan menjadi titik awal perubahan perilaku di Kota Malang. Jika satu rumah tangga konsisten memilah, maka ribuan ton sampah yang biasanya menumpuk di TPA bisa dikurangi.

Wali Kota Wahyu Hidayat menegaskan, pihaknya akan terus mendorong masyarakat agar aktif. “Kami ingin gerakan ini menjadi bagian dari budaya. Kalau terbiasa memilah, Kota Malang bisa lebih bersih, sehat, sekaligus warganya lebih sejahtera,” ujarnya.

Dengan semakin banyak warga yang terlibat, beban TPA Supit Urang bisa berkurang signifikan. Lebih jauh lagi, masalah klasik sampah bisa berubah menjadi peluang emas bagi ekonomi keluarga.

Pada akhirnya, gerakan ini bukan hanya soal mengurangi timbulan sampah, tapi juga tentang membangun kesadaran kolektif bahwa bumi ini harus dijaga bersama, mulai dari rumah masing-masing. (Ab)

1 Comment

  • Hi I am so excited I found your weblog, I really found you by accident, while
    I was researching on Aol for something else, Anyhow I am here now and would just
    like to say thanks a lot for a marvelous post and a all round exciting blog (I also love the theme/design), I don’t have time to go through it
    all at the moment but I have book-marked it and also added your RSS feeds, so when I have time I will be back to read a lot more,
    Please do keep up the superb work.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *