Sinergi Transportasi Angkot dan Bus Sekolah Gratis, Gagasan DPRD Kota Malang untuk Transportasi Publik yang Lebih Merata
CITILIVE — Gagasan inovatif datang dari DPRD Kota Malang yang mendorong adanya sinergi antara angkot dan layanan bus sekolah gratis. Usulan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk memperkuat infrastruktur transportasi publik sekaligus memastikan akses mobilitas pelajar dan masyarakat di seluruh wilayah Kota Pendidikan ini.
Ketua DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, menilai bahwa layanan bus sekolah gratis yang telah dijalankan pemerintah kota merupakan langkah positif, namun masih perlu diperluas agar dapat menjangkau lebih banyak titik.
“Bus sekolah tetap dipakai, tetapi kita juga harus memiliki rute kecil sampai masuk ke gang-gang,” tegasnya.
Menurut Amithya, kerja sama dengan angkot bisa menjadi solusi efektif untuk melengkapi jalur yang belum tersentuh bus sekolah. Integrasi dua moda transportasi ini diyakini mampu memperkuat sistem transportasi publik sekaligus menghidupkan kembali peran angkot sebagai sarana mobilitas warga.
“Bus sekolah untuk antar jemput pelajar sudah bagus, tapi kalau hanya di jalan besar ya kurang optimal. Kenapa tidak bekerja sama dengan angkot? Ini justru bisa menggerakkan ekonomi dan membuka peluang bagi sopir angkot,” ujarnya.
Konsep Sinergi Transportasi: Efisien, Adil, dan Pro Rakyat
DPRD Kota Malang mendorong agar program sinergi ini dapat dirancang dengan sistem rolling bagi para pengemudi angkot. Artinya, jadwal dan wilayah operasional dapat diatur bergantian secara adil, menyesuaikan kebutuhan serta kemampuan anggaran daerah.
“Jumlah angkot memang banyak, tapi bisa diatur. Dengan sistem bergantian, semua sopir tetap punya kesempatan. Yang penting komunikasi dan perencanaannya jelas,” tambah Amithya.
Transportasi Ramah Pelajar dan Mahasiswa

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa layanan bus sekolah gratis saat ini tidak hanya diminati pelajar, tetapi juga kalangan mahasiswa. Kota Malang sebagai kota pendidikan dengan ratusan ribu mahasiswa memang membutuhkan transportasi publik yang terjangkau, aman, dan mudah diakses.
“Mahasiswa banyak yang juga pakai bus sekolah. Mereka berharap Kota Malang punya transportasi publik yang lebih baik, karena ini kota besar dengan banyak kampus,” ungkapnya.
Dukungan untuk Angkot di Tengah Tantangan Zaman
Amithya tidak menampik bahwa moda angkot kini menghadapi tantangan berat akibat perkembangan transportasi daring. Karena itu, DPRD mendorong agar program revitalisasi dan integrasi angkot terus diupayakan agar tetap eksis dan berdaya saing.
“Kita tidak ingin angkot mati karena kalah bersaing. Justru melalui kolaborasi seperti ini, angkot bisa punya peran baru sekaligus membantu pemerintah menyediakan layanan transportasi publik yang efisien,” jelasnya.
Menuju Kota Malang yang Terintegrasi dan Ramah Mobilitas
Rencana kehadiran Bus Trans Jatim di Kota Malang juga disebut sebagai momentum untuk membangun sistem transportasi terintegrasi. DPRD berharap seluruh moda transportasi—baik bus, angkot, maupun layanan daring—dapat berjalan beriringan, bukan saling menyingkirkan.
“Kuncinya integrasi. Trans Jatim boleh masuk, tapi harus sinkron dengan sistem transportasi lokal agar semuanya berjalan selaras,” pungkasnya.
Dengan langkah ini, DPRD Kota Malang menegaskan komitmennya untuk membangun transportasi publik yang inklusif, ramah pelajar, dan memberdayakan masyarakat lokal. Sinergi angkot dan bus sekolah gratis bukan sekadar program mobilitas, tetapi juga strategi sosial-ekonomi yang membuka peluang bagi warga dan memperkuat wajah Kota Malang sebagai kota pendidikan yang berdaya saing.
(Adv)/(Ab/Sh)
