Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
22/11/2024
CITILIVE

Seniman Malang Raya Gelar Aksi Kesenian, Mengusung Isu Lingkungan bertemakan ‘Ada Apa Dengan Styrofoam?’

fandayusnia
  • Juni 6, 2021
  • 3 min read
Seniman Malang Raya Gelar Aksi Kesenian, Mengusung Isu Lingkungan bertemakan ‘Ada Apa Dengan Styrofoam?’

BALAIKOTA, Malangpost.id – Sampah menjadi permasalahan di kota-kota besar, baik sampah organik maupun non organik, khususnya penggunaan styrofoam. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari terus meningkat dan mengganggu ekosistem alam. Maka dari itu para seniman Malang yang tergabung dalam Marginal Art Community menggelar performance art (Aksi Kesenian) dengan mengangkat isu lingkungan bertemakan ‘Ada Apa Dengan Styrofoam?’.

Acara yang digelar di Gedung Dewan Kesenian Malang, dalam kurun waktu tiga hari yakni 4-6 Juni 2021. Dalam acara ini banyak melibatkan berbagai seniman Malang raya diantaranya terdapat para seniman perupa, teater, tato, dan musik. Aksi kegelisahan terhadap fenomena krisis lingkungan tersebut selalu menggelitik orang-orang yang datang ke acara tersebut. Mereka selalu menggugah perhatian dengan isu-isu mengenai bagaimana sampah bisa digunakan sebagai medium untuk berkarya dan bergerak.

Pesan Tersirat Agar Lebih Aware Terhadap Limbah

Pendiri Marginal Art Community, Dandung Prastyo Atwojo, juga mengatakan bahwa komunitasnya bersepakat untuk dan tidak ingin muluk-muluk dalam mengingatkan. Akan tetapi lebih untuk membuat orang-orang yang datang melihat aksi performance art tersebut, dapat lebih aware dan berpikir ulang tentang limbah.

‘’Dalam aksi berkesenian ini pun, Marginal Art Community lahir dari keresahan-keresahan yang muncul dan menggeliat. Maka dari itu kita semua lebih menitik beratkan pengkaryaan bukan pada medium styrofoamnya tapi lebih kepada semangat untuk lebih aware dan sadar akan bahaya serta akibat terhadap penggunaan styrofoam,’’ ujar Dandung, seniman perupa lulusan Institut Kesenian Jakarta.

Baca juga : Banyak Guru Terkendala Lisensi, UIN Malang Buka Beasiswa S2 bagi Guru Madin

Ketua Pelaksana Performence Art Agus Gembo juga menyampaikan bahwa, acara tersebut merupakan sebuah wadah bagi para penggiat seni di Kota Malang. Dimana gerak dan giatnya berkutat pada kesenian untuk seluruhnya. Tidak hanya melulu tentang seni, akan tetapi juga tentang gerak kesenian untuk kehidupan yang lebih baik melalui kesenian.

Baca Juga:  Shalat Idul Fitri Perumahan Sukun Pondok Indah Tetap Utamakan Protokol Kesehatan

‘’Ini adalah sebuah refleksi dimana kita para seniman sedang mengeja ulang tentang salah satu fenomena limbah styrofoam yang banyak sekali digunakan dalam kehidupan keseharian manusia, yang bahkan tanpa sadar telah menjadi salah satu limbah sampah terbesar yang mencemari alam’’ tegas Agus.

Seniman yang bermuara dibidang musik tersebut juga menambahkan bahwa, aksi kesenian tersebut bukanlah sebuah solusi. Tetapi sebuah aktualisasi dalam berseni yang diserahkan kepada masyarakat untuk kembali berfikir bagaimana dampak adanya sampah seperti styrofoam.

Isu Bahaya Konsumtif Juga Ditampilkan

seniman malang raya bahaya konsumtif
Perform Art berjudul “Bahaya Konsumtif”

Seniman Ian Khansa  Witanta atau yang akrab dipanggil Ian Pylok mahasiswa Seni Rupa FIB UB, partisipan perfomance art yang mengangkat isu ‘’Bahaya Konsumtif’’, juga menyebutkan bahwa adanya ruang berekspresi ini menjadi sebuah pengingat pentingnya semua seluruh elemen masyarakat sadar akan ekosistem.

‘’Ini sebuah tamparan bagi saya dan kawan-kawan seniman lainnya. Bahwa adanya styrofoam yang meningkat, dapat menggangu keseimbangan alam. Maka dari itu seniman yang bagian dari masyarakat juga harus andil dalam keresahan ini,’’ ujar Ian Pylok.

Wilujeng Anggraini mahasiswa seni dan desain UM, yang merupakan partisipan perfomance art ikut andil dengan mengambil judul ‘’Limo Titik Papat Pancer Tambah Uyah’’. Pada penampilannya, dia melakukan sebuah aksi memasukkan sampah lubang botol yang kecil. Sebuah tanda bahwa tidak mudah problem sebesar ini dituntaskan secara sepihak.

‘’Saya merasa antusias dari segenap para seniman dan penonton patut diapresiasi. Serta saya sangat senang sekali dapat ikut andil dalam aksi keresahan ini,’’ kata Ajeng.

Pewarta : Fanda Yusnia