Salsa Nadhif dan ‘Kaleidoscope’: Lagu Penyembuhan yang Lahir dari Luka

MALANG – Setelah sekian lama menyimpan karya dalam diam, penyanyi muda Salsa Nadhif akhirnya memilih membuka kembali pintu emosi melalui lagu berjudul Kaleidoscope (I Don’t Remember How to Love So Free). Bukan sekadar debut, lagu ini menjadi bentuk jujur dari proses penyembuhan luka dan pergulatan batin panjang yang ia alami.
Dirilis resmi pada 11 Juli 2025 di berbagai platform digital seperti Spotify, Apple Music, hingga YouTube Music, Kaleidoscope bukan hanya karya musik—tapi sebuah pernyataan. Salsa mengemas pengakuan pribadi tentang trauma cinta dan rasa kehilangan arah dalam relasi emosional, menjadi lagu yang puitis dan menyentuh. “Saya ingin musik ini menyentuh orang-orang yang sedang berusaha jujur pada dirinya sendiri, yang mungkin takut mencintai lagi karena luka lama,” ujar Salsa dalam wawancara dengan media.

Lagu ini sebetulnya sudah ditulis sejak 2022, ketika Salsa tengah menjalani proses terapi akibat gangguan bipolar yang ia alami sejak 2019. Saat itu, menulis menjadi cara utama untuk bertahan. Ia menciptakan beberapa lagu, namun baru pada lagu ke-enam yang kemudian menjadi Kaleidoscope ia merasa cukup siap untuk memperdengarkan suara hatinya. Proyek ini diproduseri oleh musisi senior Panji Sakti, yang dikenal juga sebagai mentor Salsa sejak awal karier.
Proses kreatifnya melibatkan sejumlah musisi profesional, termasuk Yandi Brownsu sebagai vocal director dan arranger, yang turut memberi sentuhan elegan pada komposisi ballad-nya. Meski telah dirilis secara digital, Salsa memilih Kota Malang sebagai tempat perilisan ulang (re-release) secara luring lewat acara bertajuk Kaleidoscope Night, yang digelar pada 29 Juli 2025 lalu di The Grove Café, Kota Malang tempat ia tumbuh dan menemukan keberanian bermusik kembali.
Namun fokus utama bukan pada panggung, melainkan pada momen keberanian untuk membuka luka dan menjadikannya karya yang utuh. Dalam konser tersebut, Salsa membawakan Kaleidoscope serta beberapa lagu lain seperti Malaikat Juga Tahu dan You’ll Be In My Heart. Tapi tidak ada sorotan berlebih pada sisi panggung. Yang paling terasa adalah energi keintiman dan perasaan yang mengalir dalam setiap bait lagu. Secara musikal, Kaleidoscope memadukan elemen pop ballad dengan progresi piano yang lembut namun emosional.
Liriknya berlapis metafora namun terasa personal. Lagu ini tidak hanya mengajak pendengar menikmati musik, tetapi juga mengajak mereka merasakan kembali sisi rapuh yang mungkin lama disembunyikan. Tak heran jika Kaleidoscope telah diputar di berbagai stasiun radio nasional, dari Jakarta, Jogja, Bali, hingga Papua. Perilisannya juga mendapat dukungan dari Asosiasi Music Director Indonesia (AMDI) yang membantu distribusi lagu ke lebih dari 30 radio di seluruh Indonesia.
Karya Pertama dari Serangkaian Cerita
Salsa Nadhif menegaskan bahwa Kaleidoscope hanyalah pembuka. Ia tengah mempersiapkan beberapa lagu lain yang juga mengangkat tema penyembuhan, relasi, dan keberanian menghadapi diri sendiri. Semua lagu tersebut akan terangkum dalam satu EP (Extended Play) yang dijadwalkan rilis akhir tahun ini. “Setiap orang punya luka, dan musik ini adalah cara saya menyapa mereka yang sedang berusaha sembuh. Kita tidak harus baik-baik saja setiap waktu, tapi kita bisa jujur,” kata Salsa menutup. Perlu diketahui Salsa Nadhif resmi melakukan re-release single perdananya berjudul Kaleidoscope (I Don’t Remember How to Love So Free) melalui event bertajuk Kaleidoscope Night, yang berlangsung pada Selasa, 29 Juli 2025, bertempat di The Grove Café, Jalan Wilis, Malang. Acara tersebut merupakan penanda penting karier musik Salsa sekaligus perayaan inner healing yang dituangkan lewat lirik puitis dan aransemen ballad mendalam.