Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
31/07/2025
CITILIVE

Perlindungan Konsumen Jadi Sorotan di Seminar Nasional Ma Chung, OJK: Inovasi Harus Diiringi Tata Kelola

rifamahmudah
  • Juli 30, 2025
  • 2 min read
Perlindungan Konsumen Jadi Sorotan di Seminar Nasional Ma Chung, OJK: Inovasi Harus Diiringi Tata Kelola

CITILIVE – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara inovasi digital dan perlindungan konsumen di tengah masifnya adopsi teknologi di sektor jasa keuangan. Pesan itu disampaikan dalam Seminar Nasional Universitas Ma Chung yang digelar awal pekan ini dan kini menjadi sorotan publik kampus serta pelaku industri.

Dalam sesi talkshow yang menjadi inti diskusi, Kepala OJK Malang Farid Faletehan menekankan bahwa inovasi seperti kecerdasan buatan (AI) dan ekonomi digital tidak boleh meninggalkan aspek tata kelola dan keamanan konsumen. “Kami di OJK berkomitmen untuk mendorong inovasi. Tapi inovasi tanpa pengawasan dan tata kelola berisiko memicu kejahatan digital. Regulasi harus bisa menjadi pagar agar arah kemajuan tetap sehat,” ujar Farid. Ia mencontohkan, banyak masyarakat menjadi korban penipuan digital akibat minimnya literasi keuangan serta lemahnya perlindungan data. Untuk itu, OJK menggagas pembentukan Indonesia Anti-Scam Centre (IASC) sebagai pusat aduan dan penanganan penipuan keuangan digital, berkolaborasi dengan Satgas PASTI. “Pembentukan IASC adalah langkah nyata kami membentengi masyarakat dari praktik penipuan digital yang makin canggih,” tegasnya.

Dalam forum yang juga menghadirkan Kepala BEI Jatim Cita Mellisa dan pejabat Ditjen Pajak Jatim Marihot Pahala Siahaan, para narasumber menyampaikan perlunya Good Corporate Governance (GCG) dan Governance, Risk and Compliance (GRC) diterapkan secara menyeluruh, terutama oleh pelaku fintech dan perbankan digital. Selain soal regulasi, forum ini juga menyoroti pentingnya collective impact atau dampak bersama dalam ekosistem digital.

Rektor Universitas Ma Chung, Stefanus Yufra M. Taneo, menyebut bahwa infrastruktur literasi digital perlu dibangun sebagai fondasi utama agar masyarakat tidak sekadar menjadi konsumen teknologi, tetapi juga aktor produktif di dalamnya. “Inovasi, AI, dan ekonomi digital hanya akan menjadi alat. Tanpa literasi digital yang kuat, alat itu bisa melukai, bukan memberdayakan,” kata Stefanus.

Baca Juga:  OKI Bersatu Pada Pemajuan Hak-Hak Perempuan

Pesan-pesan edukatif ini disampaikan kepada ratusan mahasiswa yang hadir dalam seminar. Mereka diajak untuk tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memahami risiko di baliknya serta berani melaporkan jika menjadi korban kejahatan finansial. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Bulan Literasi Keuangan 2025, sekaligus peringatan Hari Indonesia Menabung. Meski telah berlangsung pada Selasa (29/7), muatan substansinya dinilai relevan dan perlu terus digaungkan ke publik.Mari bersama tingkatkan literasi keuanganmu! Jangan sampai jadi korban penipuan digital. (Ab)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *