Pakar Fakultas Pertanian UB sedang Kembangkan Varietas Jagung di NTT

CITILIVE – Pakar dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Prof. Arifin, berhasil mengembangkan varietas jagung inovatif di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diberi nama Jagung Brawijaya Nusa. Jagung ini dirancang khusus sebagai pakan ternak, dan memiliki produktivitas tinggi serta waktu panen yang lebih singkat.
Prof. Arifin menjelaskan bahwa jagung ini hadir dalam dua varietas, yakni Nusa 1 dan Nusa 3, yang keduanya menawarkan hasil panen lebih tinggi dibandingkan jagung konvensional. “Jika umumnya jagung hanya mampu memproduksi sekitar 9 ton per hektare, Jagung Brawijaya Nusa dapat mencapai 12,9 hingga 13,7 ton per hektare,” ujarnya di Malang, Jawa Timur, Jumat.
Pada awalnya, UB mengajukan lima jenis varietas, namun hanya dua yang disetujui oleh Kementerian Pertanian untuk dikembangkan. Selain produktivitasnya yang tinggi, varietas ini juga unggul karena mampu tumbuh di daerah semi-kering seperti Sumba dan Timor di NTT.
Dilansir dari Antara News, NTT sendiri memiliki potensi besar untuk pengembangan jagung dan peternakan sapi, namun produktivitas jagung di wilayah tersebut masih tergolong rendah. Rata-rata nasional menghasilkan 5,8 hingga 5,9 ton per hektare, sedangkan di NTT hanya sekitar 2,3 ton per hektare. Melalui teknologi yang dikembangkan oleh Maize Riset Center (MRC), Prof. Arifin berharap produktivitas jagung di NTT dapat meningkat signifikan.
Pengembangan inovasi jagung ini di NTT telah dimulai sejak tahun 2022 dengan penyuluhan terkait teknologi benih dan budidayanya. Pada tahun 2024, cita-cita peningkatan produktivitas jagung di NTT mulai terwujud dengan nilai tambah yang diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat setempat.
Prof. Arifin menekankan pentingnya kerja sama dengan sektor swasta dalam proses bisnisnya. “Benih dan teknologi berasal dari universitas, namun untuk manajemen bisnisnya perlu kolaborasi dengan pihak swasta serta keterlibatan petani lokal,” ujarnya.
Jagung yang dikembangkan di NTT mencakup berbagai jenis, termasuk jagung pakan ternak (field corn), jagung manis untuk pangan, jagung ketan, serta jagung fungsional. Meskipun sebagian besar jagung ini digunakan untuk pakan, tidak menutup kemungkinan untuk dikonsumsi manusia, seperti halnya di beberapa wilayah Indonesia dan Afrika.