OJK Kembangkan KayoeTangan Heritage sebagai Kawasan Inklusi Keuangan dengan Cashless
CITILIVE – (20/8/24) Tim Malang Live melakukan wawancara eklusif langsung dengan Kepala OJK Malang, Pak Biger A. Maghribi. Dalam wawancara tersebut, beliau menjelaskan bahwa Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang terus memperkuat peranannya dalam mendukung literasi keuangan serta pengembangan ekonomi lokal.
Beliau dalam wawancaranya, Selasa, 13 Agustus 2024, menjelaskan berbagai inisiatif yang sedang dan akan dilakukan oleh OJK di wilayah Malang dan sekitarnya, termasuk langkah-langkah strategis untuk menangani masalah pinjaman online (pinjol) ilegal yang marak di masyarakat.
Menurut Biger, salah satu fokus utama OJK adalah mengatasi fenomena judi online dan pinjol ilegal yang telah menimbulkan berbagai masalah sosial dan ekonomi di masyarakat. “Banyak sekali orang yang mencari solusi keuangan melalui pinjol, tapi solusi tersebut sering kali justru menjadi masalah baru. Terutama bagi mereka yang terjerumus dalam judi online yang berdampak langsung pada kebutuhan akan likuiditas dan akhirnya memilih pinjaman online ilegal,” jelas Biger.
Meski OJK Malang tidak memiliki kewenangan langsung dalam pengawasan aplikasi pinjaman online ilegal, pihaknya tetap membuka diri untuk menerima keluhan dari masyarakat dan akan memberikan arahan yang tepat. “Kami siap membantu mengarahkan masyarakat yang membutuhkan,” tambahnya.
Selain mengatasi masalah pinjol, OJK Malang juga aktif dalam pengembangan ekonomi lokal. Biger menyoroti program pengembangan kawasan Kayoetangan Heritage di Malang sebagai salah satu inisiatif penting. “Kami bekerja sama dengan lima bank, termasuk BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan Bank Jatim, untuk mendukung pengembangan UMKM di kawasan tersebut,” ungkapnya.
OJK juga menginisiasi program inklusi keuangan di Kayoetangan dengan memberikan edukasi berkelanjutan mengenai pengembangan usaha kepada masyarakat setempat. “Selain membantu dalam pembangunan fisik seperti lampu jalan dan branding UMKM, bank-bank tersebut juga akan memberikan edukasi mengenai pengelolaan usaha, pemasaran, dan penggunaan teknologi pembayaran cashless,” ujar Biger.
Lebih lanjut, Biger optimis bahwa Kayoetangan bisa menjadi destinasi wisata yang lebih baik dari Malioboro di Yogyakarta. “Mungkin orang Jogja tidak akan sependapat, tapi udaranya di sini sangat sejuk dan vibes-nya sangat terasa, terutama di sore dan malam hari,” katanya dengan antusias.
OJK Malang juga berencana untuk mengembangkan lebih banyak wilayah lain di sekitar Malang, Pasuruan, Probolinggo, dan Batu, sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses pendanaan dan literasi keuangan bagi masyarakat.
Dengan berbagai program yang dijalankan, OJK Malang berharap dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya literasi keuangan dan penggunaan jasa keuangan yang aman dan bertanggung jawab.
Penulis: Ory