MP.tv Gelar Webinar Bertajuk Investasi Aman di Masa Pandemi, Ini Tips Berinvestasi Ala Narasumber
BALAIKOTA, Malangpost.id – Pandemi membuat bidang ekonomi banyak tertekan. Gilirannya berdampak pada IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) yang mengalami penurunan tajam, walaupun saat ini telah memasuki proses rebound (kenaikan).
Disisi lain, geliat pasar Investasi terus berkembang, serta didukung dengan berbagai program untuk mengajak masyarakat berinvestasi.
Namun investasi yang mulanya bertujuan sebagai cadangan di masa yang akan datang. Saat ini berubah menjadi upaya untuk cepat kaya. Sehingga hal ini bertentangan dengan semangat awal investasi.
Topik semacam itu lantas coba diangkat MostPopular.tv melalui gelaran webinar bertajuk “Investasi Aman di Masa Pandemi”.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat (18/6) yang berlokasi di Ezo Co-Working Space Malang, dengan menghadirkan tiga narasumber.
Ketiga narasumber yang dimaksud diantaranya, Kepala Kantor OJK Malang, Sugiarto Kasmuri. Kemudian ada Huru Priyono Ambarwito selaku Vice President BRI Kanwil Malang Bidang Consumer. Serta selanjutnya Rizal Agung Wicaksana sebagai Investment Specialist Mirae Asset Sekuritas.
Dalam kesempatan ini ketiga narasumber banyak menyampaikan berbagai hal mulai dari dampak pandemi pada sektor keuangan, hingga kiat atau cara berinvestasi secara aman di masa pandemi.
Delapan Hal Sebelum Memutuskan Investasi
Agar masyarakat, terutama investor ritel lebih waspada saat memutuskan investasi. Sugiarto Kasmuri menjelaskan, setidaknya calon investor harus memperhatikan delapan hal.
“Pertama investor ritel paham tentang tujuannya dari investasinya. Jadi bukan hanya ikut-ikutan,” tegasnya
Kedua, calon investor ritel harus mengerti terkait risiko berinvestasi dan mengenali profil risiko produk investasi. Menurutnya anak muda biasanya lebih berani mengambil risiko yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.
“Biasanya semakin dewasa, mereka akan cenderung bermain di risiko yang lebih rendah,” tegasnya
Berikutnya yakni masalah sumber dana. Untuk investasi sebaiknya bersumber dari dana lebih. Bukan dana hasil pinjam dari orang lain, lalu di investasikan. Hal seperti ini bahaya, karena tingkat resikonya jauh lebih besar.
“Keempat adalah mencari lembaga atau pihak-pihak penyedia investasi yang legal atau berizin” lanjut Sugiarto
Selanjutnya para investor harus benar-benar memahami dan memiliki pengetahuan mengenai produk investasinya. Dia menghimbau agar tidak melakukan investasi ketika investor tidak paham terkait produk investasi yang akan digunakan.
Kemudian berkaitan dengan orientasi investasi, yakni orientasi harus jangka panjang. Ketujuh harus memperhatikan batas nilai investasi, sehingga investor paham kapan harus berhenti dan kapan harus mulai berinvestasi kembali.
“Kedelapan adalah melakukan diversifikasi investasi, yakni menghindari berinvestasi pada 1 jenis produk investasi,” ungkapnya
Perlu Dilakukan Financial Check-up
Huru Priyono Ambarwito lantas menambahkan, dalam hal investasi sebaiknya melakukan financial check up. Financial check up bisa dilakukan dengan menilai besaran hutang dan kekuatan calon investor.
Huru kemudian membagikan rumus finansial, yakni 40, 30, 20, dan 10. Artinya 40% sebagai biaya hidup, 30% untuk kewajiban-kewajiban, termasuk hutang dan angsuran. Lalu 20% digunakan untuk melakukan investasi. Serta sisanya 10% dijadikan sebagai dana sosial atau dana darurat.
“Dengan rumus ini maka akan bisa berimbang. Atau bisa 50, 20, 30, tergantung pribadi masing-masing,” kata Huru
“Jadi pertama kali harus melakukan financial check up, untuk mengetahui kondisi keuangan kita,” sambungnya saat mengisi gelaran webinar berkonsep talk show ini
Tiap Produk Investasi, Memiliki Tingkat dan Jenis Resiko yang Berbeda
Mendukung pernyataan kedua narasumber, Rizal Agung Wicaksana menuturkan bahwa setiap produk investasi pasti memiliki tingkat dan jenis resikonya masing-masing. Sehingga investor harus bisa memahami hal tersebut.
“Sehingga sebelum masuk ke pasar modal, teman-teman harus tahu dulu resikonya seperti apa,” tekannya
Dirinya melanjutkan, orang yang bertransaksi dalam saham dibagi menjadi empat, yakni Scalping yang memiliki jangka pendek dan pembelian sahamnya berisiko tinggi karena fluktuatif.
Kemudian Trading, bisa dilakukan secara harian. Sehingga bisa dibeli hari ini dan dijual besoknya.
“Terus Swing Trading, ini jangka menengah bisa bulanan. Beli hari ini kita simpan bulan depan, atau dua bulan lagi kita jual. Selanjutnya adalah investasi untuk jangka panjang,” ungkap Rizal
Rizal menekankan, para investor jangan sampai hanya ikut-ikutan trend saja. Khususnya investasi dalam saham, karena risikonya sangat besar.
“Sebaiknya belajar dari berbagai sumber, sehingga investasi bisa terarah,” pungkasnya.
Sebagai informasi, nantinya segmen lengkap webinar bertajuk “Investasi Aman di Masa Pandemi” bakal tayang di official account youtube MostPopular.tv atau mengaksesnya lewat tautan bit.ly/mostpopulartv di hari Senin, tanggal 21 Juni 2021.