Kembalinya Arema ke Kanjuruhan Berujung Nestapa: Tiga Gol Bersarang, Suporter Murka, Bus Persik Dilempari

CITILIVE – Kepulangan yang mestinya jadi pesta, justru berubah jadi luka. Malam itu, Stadion Kanjuruhan kembali bernapas setelah lebih dari tiga tahun terdiam pasca tragedi. Itulah yang dirasakan Arema FC dan Aremania saat akhirnya bisa kembali menginjak rumput Stadion Kanjuruhan setelah lebih dari tiga tahun menjadi “musafir” akibat tragedi memilukan pada 2022 silam.
Namun, momen haru dan harapan itu langsung dibalas dengan kenyataan pahit. Arema FC harus mengakui keunggulan tamunya, Persik Kediri, dengan skor telak 0-3. Tapi alih-alih penuh sorak kemenangan, stadion keramat itu justru diselimuti aura pilu. Di hadapan ribuan Aremania, Arema FC dipaksa tunduk 0-3 oleh tamunya, Persik Kediri, dalam lanjutan Liga 1, Minggu (11/5/2025).

Kekalahan itu bukan hanya soal angka di papan skor, tapi menyentuh sisi emosional yang dalam bagi suporter dan klub. Bak jatuh tertimpa tangga, kekalahan ini datang di tengah sorotan tajam terhadap manajemen tim. Manajer Arema FC, Wiebie Dwi Andriyas, beberapa hari sebelumnya resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus produksi rokok ilegal oleh Dirjen Bea Cukai.
Aura negatif seolah menyelimuti kubu Singo Edan menjelang laga comeback bersejarah ini.Bukan Hari Milik Singo EdanPelatih Arema FC, Ze Gomes, dengan sportif mengakui performa timnya sangat di bawah ekspektasi. Gawang Arema kebobolan tiga kali tanpa balas di hadapan ribuan Aremania yang memadati tribun stadion.
“Kalau kalah, semua terasa tidak bagus. Tapi kami harus bangkit. Kami masih punya dua pertandingan sisa, melawan Biak dan Semen Padang,” ucap Gomes. Pelatih asal Portugal itu juga menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada Aremania, menyadari bahwa bermain di kandang membawa ekspektasi besar yang belum mampu mereka penuhi. “Hari ini bukan hari Arema. Tapi saya yang harus bertanggung jawab atas hasil ini,” tegasnya.

Hal senada disampaikan gelandang asing, Julian Guevara. Ia menyebut tim kehilangan momentum setelah gol pertama Persik bersarang di gawang mereka. “Setelah itu pemain-pemain sedikit drop. Tapi kami bertekad memperbaiki segalanya untuk dua laga terakhir,” kata Julian.
Kekecewaan Aremania Memuncak
Meski semangat kembali menyala di tribun, nyatanya skor akhir membuat banyak Aremania pulang dengan hati berat. Beberapa di antaranya bahkan meluapkan kekecewaan secara berlebihan. Malam harinya, insiden tak sportif terjadi. Bus yang ditumpangi para pemain Persik Kediri dilempari oleh oknum suporter saat meninggalkan stadion. Beruntung tidak ada korban luka dalam kejadian ini, namun insiden tersebut memicu reaksi cepat dari aparat keamanan yang langsung melakukan penyisiran dan memburu pelaku pelemparan.
Kapolres Malang, AKBP Danang Setiyo, langsung angkat bicara. Ia memastikan bahwa pengamanan di dalam stadion berjalan tertib. Namun ia menegaskan, tindakan di luar area pertandingan akan tetap diproses secara hukum. “Seluruh rangkaian laga, mulai dari sebelum hingga setelah pertandingan, berlangsung kondusif di stadion.
Kami pastikan proses hukum akan ditegakkan terhadap siapa pun yang terlibat dalam tindakan tersebut,” tegas AKBP Danang. Saat ini, pihak kepolisian tengah mengumpulkan bukti dan melakukan penyelidikan terhadap pelaku pelemparan. Aremania pun diajak untuk tetap menjaga citra dan marwah suporter Malang yang dikenal loyal namun menjunjung sportivitas.
Panggung Emosional di Stadion Penuh Luka Lama
Kanjuruhan, yang dulunya saksi bisu tragedi, akhirnya kembali jadi rumah Arema FC. Namun, panggung ini ternyata terlalu emosional untuk ditutup dengan kemenangan. Kekalahan telak dan insiden lanjutan menjadi pengingat bahwa proses pemulihan baik secara mental maupun performa masih panjang bagi Singo Edan.
Dua laga tersisa kontra PSBS Biak dan Semen Padang akan menjadi ujian akhir musim sekaligus kesempatan terakhir untuk mempersembahkan senyum bagi Aremania. Dan untuk Kanjuruhan? Ia masih menunggu hari di mana pulangnya Arema akan benar-benar layak disebut pesta. Bukan luka.