Fenomena Bediding Kembali Landa Malang Raya, Suhu Turun hingga 17 Derajat Celcius

CITILIVE — Fenomena bediding kembali melanda wilayah Malang Raya, ditandai dengan penurunan suhu yang cukup drastis pada malam hingga dini hari. Berdasarkan data dari BMKG Stasiun Klimatologi Malang, suhu udara tercatat mencapai titik terendah di angka 17 derajat Celcius dalam beberapa hari terakhir.
Kondisi ini dirasakan secara luas oleh warga di Kota Malang, Kabupaten Malang, hingga Kota Batu. Fenomena bediding, istilah lokal dari bahasa Jawa yang merujuk pada suhu dingin ekstrem saat malam di musim kemarau, memang rutin terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Namun, suhu yang turun drastis dalam waktu singkat membuat sebagian warga mengeluhkan gangguan kenyamanan hingga kesehatan.

“Fenomena ini terjadi karena saat musim kemarau, langit cenderung cerah tanpa awan sehingga radiasi panas bumi lepas lebih cepat ke atmosfer. Hal ini menyebabkan suhu permukaan turun tajam, terutama menjelang pagi,” jelas Ardhasena Sopaheluwakan, Peneliti BMKG.
BMKG juga mencatat bahwa hembusan angin muson timur dari Australia turut memperkuat efek pendinginan. Udara kering yang dibawa angin ini menurunkan kelembapan udara dan meningkatkan perbedaan suhu antara siang dan malam secara ekstrem. Di siang hari, suhu udara tetap bisa mencapai 27 hingga 29 derajat Celcius, namun begitu malam tiba, suhu langsung merosot ke kisaran 17–18 derajat. Kelembapan relatif tinggi di pagi hari membuat hawa dingin terasa menusuk, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
Kepala BMKG Malang, mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gangguan kesehatan akibat suhu dingin. “Kami mengingatkan warga untuk menjaga daya tahan tubuh, terutama dengan mengenakan pakaian hangat dan mencukupi asupan nutrisi,” ujarnya. Fenomena bediding juga berpotensi memengaruhi sektor pertanian dan peternakan. Embun beku atau suhu rendah berkepanjangan bisa menghambat pertumbuhan tanaman dan membuat hewan ternak stres.
BMKG memastikan bahwa fenomena bediding ini bukan disebabkan oleh Aphelion, yakni saat Bumi berada di titik terjauh dari Matahari. “Secara waktu memang berdekatan, tetapi Aphelion adalah fenomena astronomis global. Kalau benar menyebabkan suhu dingin, maka seluruh belahan dunia akan merasakannya. Faktanya tidak demikian,” tegas Ardhasena. Masyarakat diimbau untuk terus memantau prakiraan cuaca resmi BMKG, serta menyesuaikan aktivitas harian dengan kondisi suhu yang berubah cepat. Cuaca dingin diprediksi masih akan berlangsung hingga akhir Juli, seiring puncak musim kemarau di wilayah selatan khatulistiwa.
2 Comments
This is really interesting, You’re a very skilled blogger. I’ve joined your feed and look forward to seeking more of your magnificent post. Also, I’ve shared your site in my social networks!
For the reason that the admin of this site is working, no uncertainty very quickly it will be renowned, due to its quality contents.