Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
28/06/2025
CITILIVE

Executive Forum SEVIMA Kupas Tuntas Strategi Kampus

Deviwulandari
  • September 3, 2023
  • 4 min read
Executive Forum SEVIMA Kupas Tuntas Strategi Kampus

KAMIS (31/08) – Ketika menghadapi tantangan dan kesulitan, semua orang ingin melakukan
perubahan. Tak terkecuali kampus dan dunia pendidikan tinggi yang kini sedang menghadapi
era disrupsi. Kampus kini digempur oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat, dan tak
sedikit lulusan sarjana yang kesulitan memperoleh pekerjaan.

Menghadapi fenomena tersebut, Prof. Rhenald Kasali selaku pakar dan pendiri Rumah
Perubahan menekankan bahwa kampus idealnya melakukan perubahan sesegera mungkin.
Utamanya ketika kampus ada dalam posisi mapan, punya uang, dan belum menghadapi
puncak dari tantangan disrupsi. Karena untuk melakukan perubahan, membutuhkan uang dan
tenaga yang tidak ringan.

“Sayangnya, pada saat kita (perguruan tinggi) punya banyak resources (sumber daya), banyak
yang tidak punya keinginan melakukan perubahan. Tapi saat anda tidak punya resources,
semua orang bilang saatnya berubah, padahal sudah tidak ada energi. Inilah contoh kampus
yang tidak lama lagi akan terdisrupsi, mana mau mahasiswa mendaftar,” ungkap Rhenald
Kasali dalam Executive Forum SEVIMA pada Kamis (31/08).

Bertempat di Rumah Perubahan Jakarta Escape, Executive Forum SEVIMA
menghadirkan ratusan rektor, pejabat, serta pakar pendidikan. Diantaranya Prof. Rhenald
Kasali (Pendiri Rumah Perubahan), Bapak Mahir Bayasut (Ketua Forum CSR Nasional & Ketua
Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi), Bapak Akhwanul Akhmal
(Ketua Umum Perkumpulan Politeknik Swasta se-Indonesia), Laksamana Madya Purn Agus
Setiadji (Ketua STIE Bisnis Indonesia & Mantan Sekjen Kementerian Pertahanan), dan masih
banyak lagi.

Ratusan pakar pendidikan tersebut merumuskan langkah-langkah konkrit melakukan
perubahan kampus agar tidak ketinggalan teknologi dan lulusannya tetap siap menghadapi
tantangan dunia pekerjaan di masa yang akan datang. Berikut tiga strategi yang dirumuskan
Executive Forum SEVIMA:

Baca Juga:  PKH Banyak Manfaat, Pemkab Malang Rakor Peningkatan SDM

1. Lakukan Transformasi Berbasis OBE Sesegera Mungkin
Kampus di Indonesia dalam pandangan Rhenald Kasali, kini telah mengenal baik pendekatan
Outcome Based Education (OBE). Pendekatan ini menekankan bahwa ilmu dan pendidikan di
kampus harus melampaui sekadar hafalan. Tetapi juga harus mampu diaplikasikan dan
dipraktikkan dalam menciptakan sesuatu yang baru.
Perkenalan terhadap OBE, menurut Rhenald Kasali seharusnya bukanlah hal baru. Karena
sejak tahun 1930 konsep OBE mulai diperbincangkan. Sehingga sudah menjadi sebuah
keharusan bagi kampus untuk segera melakukan transformasi. Jangan sampai menurutnya
orang Indonesia sudah memiliki ilmu dan kemampuan untuk melakukan perubahan, namun
kekurangan rasa percaya diri, sehingga membuat para dosen lebih banyak menjadi konsumen
ilmu daripada pencipta.

“Aspek yang perlu diangkat di Indonesia adalah kepercayaan diri atau “confidence”. Percaya
diri, mau dan mampu berubah! Selama ini, karena kita tidak punya confidence maka kita hanya
jadi pembeli dan pengikut,” ucap Rhenald Kasali.

2. Lakukan Transformasi Secara Gotong Royong
Transformasi tidak bisa dilakukan seorang diri. Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa
perubahan membutuhkan dukungan semua pihak, baik dari institusi pendidikan, tenaga
pendidik, mahasiswa, dunia industri, pemerintah, maupun masyarakat luas. Karena menurutnya
pendidikan bukan hanya tentang penyerapan informasi, melainkan juga tentang
memberdayakan individu untuk menjadi pencipta, inovator, dan pemimpin dalam menciptakan
ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan bangsa dan dunia.

Hal ini juga senada dengan paparan Ibu Himmatul Aliyah selaku Anggota DPR-RI Komisi
Pendidikan, dan Bapak Mahir Bayasut selaku Ketua PMO Kedaireka Kementerian Pendidikan
Kebudayaan Riset dan Teknologi. Menurut keduanya, supply (penawaran) dan demand
(permintaan) pendidikan tinggi dan dunia usaha belum terjalin dengan maksimal.
“Oleh karenanya Kedaireka sebagai program Kementerian Pendidikan, mempertemukan dunia
industri dan dunia pendidikan. Kedaireka menjadi biro jodoh, dan memberi intensif berupa
matching fund (dana hibah), serta forum-forum pertemuan antara dunia industri dan dunia
pendidikan. Sehingga kampus bisa bergotong royong mengerjakan penelitian dan bisnis,”
ungkap Mahir Bayasut.

Baca Juga:  Pastikan Ketersediaan Pangan, Paslon Ladub Siapkan Program Petani Bangkit Sejahtera

3. Mutlak Harus Memanfaatkan Teknologi
Tips yang terakhir dari Executive Forum SEVIMA, menekankan betapa pentingnya
pemanfaatan teknologi untuk merubah kualitas pendidikan tinggi ke arah yang lebih baik.
Sugianto Halim, M.M.T. selaku CEO dan Founder SEVIMA, menjelaskan bahwa kehadiran
sistem akademik terintegrasi “SEVIMA Platform” dapat menjadi pintu masuk bagi dunia
pendidikan tinggi dalam memanfaatkan transformasi digital di dunia pendidikan.
Executive Forum SEVIMA pada kali ini juga secara langsung meluncurkan Modul OBE, untuk
memfasilitasi keharusan kampus memanfaatkan teknologi secara mudah, terdigitalisasi, dan
terintegrasi. Terlebih, pengguna SEVIMA Platform sudah lebih dari 950 kampus se-Indonesia
dengan total 3 juta mahasiswa dan dosen di dalamnya.

“Modul OBE dalam SEVIMA Platform memberikan profil yang lebih lengkap dan mendalam,
yang mencakup hard skills dan soft skills. Ini memberikan peluang bagi lulusan untuk
menonjolkan keahlian khusus yang dimiliki, sehingga lebih mudah menarik perhatian
perusahaan,” ucapnya.

Rhenald Kasali juga menyoroti bahwa perguruan tinggi belum sepenuhnya memberikan
pemahaman yang memadai kepada mahasiswa mengenai digital. Analogi yang ia gunakan
menggambarkan teknologi sebagai “Kotak Pandora”, yang belum pernah dibuka dan perlu
segera dibuka oleh banyak dosen dan perguruan tinggi.

“Anak-anak saat ini tidak tahu ketika masuk ke rimba digital mereka akan bertemu apa? Ini PR
besar kita ketika kita mau menjelaskan disrupsi pertama kali harus menjelaskan pada
mahasiswa apa yang akan ditemui ketika mereka masuk ke rimba belantara digital. Sejak
dalam kampus perlu diberikan pemahaman mendalam tentang dunia digital secara
keseluruhan.” pungkas Rhenald Kasali.