Dikbud Kota Malang Ajak Para Guru Lestarikan Sejarah dan Praktik Konservasi di Museum Mpu Purwa
CITILIVE – Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap warisan budaya, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Malang menyelenggarakan acara Pembelajaran dan Praktik Konservasi Benda Bersejarah di Museum Mpu Purwa.
Acara ini berlangsung selama dua hari, mulai 16 hingga 17 Oktober 2024. Sebanyak 50 orang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Dasar (SD) di Kota Malang hadir dan aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Acara ini dirancang untuk memberikan pemahaman kepada para guru tentang pentingnya melestarikan benda-benda bersejarah yang menjadi warisan budaya. Kegiatan ini tidak hanya berlangsung di dalam ruang museum, tetapi juga di halaman depan Museum Mpu Purwa, di mana para peserta melakukan praktik konservasi langsung terhadap beberapa benda bersejarah, khususnya arca-arca yang menjadi koleksi museum.
Acara ini dibuka secara resmi oleh Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Tri Oky Rudianto P, SE, MSi. Dalam sambutannya, Oky menyampaikan pentingnya memperkenalkan koleksi museum kepada masyarakat, khususnya kepada guru yang memiliki peran strategis dalam menyebarkan pengetahuan kepada siswa.
“Kegiatan ini sangat bermanfaat, terutama bagi mereka yang mungkin baru pertama kali berkunjung ke Museum Mpu Purwa. Melalui kegiatan ini, para guru tidak hanya diajak untuk melihat benda-benda bersejarah, tetapi juga untuk ikut serta dalam proses konservasi yang akan membuat mereka lebih menghargai dan mencintai warisan budaya tersebut,” ujar Oky dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Oky mengungkapkan bahwa sebagai seorang anak yang tumbuh di masa lalu, museum selalu menjadi tujuan utama saat melakukan kegiatan studi tour ke luar daerah. Namun, ia merasa bahwa tren kunjungan ke museum belakangan ini mulai menurun. Hal ini, menurutnya, menjadi tantangan bagi semua pihak, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, untuk terus berinovasi dan membuat museum lebih menarik bagi generasi muda dan masyarakat umum.
“Maka dinas harus punya inovasi untuk lebih mengembangkan dan menarik wisatawan berkunjung ke museum,” tutup Oky.
Sebagai narasumber dalam kegiatan ini, hadir Rakai Hino Galeswangi, seorang akademisi arkeologi yang juga Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang. Rakai didampingi oleh Nona Nur Madina, mahasiswa S3 yang juga seorang penggiat sejarah. Kehadiran mereka memberikan dimensi keilmuan yang lebih dalam kepada para peserta, terutama dalam hal konservasi benda-benda bersejarah.
Dalam sesi materi, Rakai menjelaskan pentingnya pelestarian benda bersejarah, khususnya arca-arca yang ada di Museum Mpu Purwa. Rakai juga mengajak para guru untuk memahami nilai sejarah di balik benda-benda tersebut, dan bagaimana peran mereka sebagai pendidik dapat membantu memperkenalkan dan melestarikan warisan ini kepada generasi muda.
Setelah menerima materi di ruang diorama Museum Mpu Purwa, para guru diberikan kesempatan untuk langsung mempraktikkan teknik konservasi, di antaranya merawat dan membersihkan arca-arca yang ada. Beberapa benda yang menjadi objek praktik konservasi antara lain Arca Siwa, arca tokoh dewa, fragmen candi, umpak, dan lumpang.
Para guru yang hadir tidak hanya mendengarkan materi, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik konservasi benda bersejarah.
Salah satu peserta, guru dari SMPN 6 Kota Malang, mengungkapkan rasa antusias dan kepuasannya mengikuti kegiatan ini.
“Kami sangat senang bisa mengikuti acara ini. Selain menambah wawasan tentang benda-benda bersejarah, kami juga diberikan edukasi dan pengalaman langsung dalam praktik konservasi arca yang menjadi koleksi museum ini. Semoga setiap tahun acara ini terus diadakan agar kami para guru semakin bertambah pengetahuan yang dapat kami bagikan kepada peserta didik kami,” ungkapnya.
Bagi para peserta, kegiatan ini memberikan pengalaman unik yang jarang didapatkan. Selain teori mengenai cara merawat dan menjaga benda bersejarah, mereka juga diajarkan teknik-teknik dasar konservasi, seperti pembersihan dan perawatan terhadap material kuno, sehingga benda-benda tersebut bisa tetap terjaga keasliannya.
Dengan diadakannya acara ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang berharap bahwa para guru yang telah mengikuti kegiatan ini dapat menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing. Para guru diharapkan tidak hanya mengajarkan materi IPS secara teoritis, tetapi juga menyisipkan pesan-pesan tentang pentingnya pelestarian benda-benda bersejarah dan budaya kepada para siswa.
Juli Handayani, SE, MM, selaku Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, yang turut hadir dalam acara tersebut, menekankan bahwa pentingnya pengetahuan tentang sejarah dan budaya harus diajarkan sejak dini.
“Para guru memiliki peran yang sangat penting dalam mengenalkan sejarah dan budaya kepada generasi muda. Dengan kegiatan seperti ini, kami berharap mereka dapat menanamkan nilai-nilai kecintaan terhadap warisan budaya sejak dini kepada siswa-siswa mereka, sehingga ke depan, generasi muda kita bisa lebih menghargai dan menjaga peninggalan sejarah ini,” ujar Juli.
Harapan untuk Masa Depan Museum dan Konservasi di Kota Malang
Museum Mpu Purwa sendiri adalah salah satu museum penting di Kota Malang yang menyimpan banyak benda bersejarah, khususnya peninggalan dari era Hindu-Buddha. Koleksi museum ini meliputi berbagai arca, prasasti, dan artefak lainnya yang memiliki nilai sejarah tinggi. Melalui kegiatan konservasi yang melibatkan para guru, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang berharap bahwa museum ini bisa lebih dikenal oleh masyarakat, terutama generasi muda yang seringkali lebih akrab dengan teknologi digital daripada dengan sejarah lokal.
Selain itu, Dinas juga berharap dapat terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mengadakan kegiatan serupa di masa mendatang. Dengan begitu, akan semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya menjaga dan melestarikan benda-benda bersejarah ini.
Pada akhirnya, kegiatan konservasi di Museum Mpu Purwa ini tidak hanya memberikan ilmu baru kepada para guru, tetapi juga menjadi langkah nyata dalam melestarikan sejarah dan budaya lokal Kota Malang. Dengan antusiasme tinggi dari para peserta, acara ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi semakin banyaknya kegiatan serupa yang melibatkan masyarakat luas dalam upaya pelestarian warisan budaya. (AB)