Demam Berdarah Saat Musim Pancaroba, Warga Kota Batu Diimbau Untuk Waspada
BATU, Malangpost.id – Seperti diketahui, akhir tahun memang selalu menjadi puncak perubahan iklim dari hujan ke panas dan sebaliknya, hal ini memungkinkan perkembangbiakkan vektor nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Kondisi ini membuat kasus demam berdarah dengue (DBD) menjadi hal yang patut diwaspadai, khususnya bagi warga Kota Batu.
Dinas Kesehatan Kota Batu juga mengimbau agar masyarakat terus membiasakan diri melakukan 3M yaitu menutup, menguras, mengubur berbagai tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk. Tujuannya untuk meminimalisir perkembangbiakkan nyamuk demam berdarah.
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Batu tidak kalah banyak dengan penderita Covid 19. Data terakhir menyebutkan hingga bulan Juni 2020 jumlah penderita DBD mencapai 50 orang terhitung sejak bulan Januari 2020 hingga pertengahan Juni 2020. Belum ada info terupdate perihal kasus DBD hingga Oktober ini, namun warga tetap harus mewaspadai adanya perlonjakan kasus Demam Berdarah Dengue.
Pada 2020, kasus demam berdarah di Indonesia turun dari tahun sebelumnya.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, berdasarkan data hingga Juli 2020, terdapat 71.633 kasus demam berdarah dengue (DBD) di seluruh Indonesia.
Ia menyebut 10 provinsi yang melaporkan jumlah kasus terbanyak ada di Jawa Barat (10.772 kasus), Bali (8.930 kasus), Jawa Timur (5.948 kasus), NTT (5.539 kasus), Lampung (5.135 kasus), DKI Jakarta (4.227 kasus), NTB (3.796 kasus), Jawa Tengah (2.846 kasus), Yogyakarta (2.720 kasus), dan Riau (2.255 kasus). Namun, tahun ini wilayah Jawa Timur sudah berhasil menekan angka kasus dan kematian akibat DBD.
Ia juga menambahkan, penyebaran penyakit DBD secara umum disebabkan karena sistem pembuangan sampah yang tidak baik. Jadi, apabila dahulunya nyamuk DBD banyak berada di dalam rumah, saat ini nyamuk-nyamuk tersebut sudah menyebar hingga keluar rumah.
Dinas Kesehatan Kota Batu sebelumnya telah melakukan fogging di beberapa tempat salah satunya Desa Junrejo Kota Batu, pada bulan Agustus lalu disebabkan beberapa warga di kawasan ini terserang wabah Demam Berdarah. Beberapa warga yang terserang sempat dilarikan ke rumah sakit, bahkan salah satu di antaranya seorang warga berusia 16 tahun dinyatakan meninggal dunia akibat serangan DBD tersebut.
Meski demikian, Dinas Kesehatan tetap gencar melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat terkait bahaya wabah DBD yang mengancam pada musim pancaroba ini, tidak hanya Covid 19 saja namun serangan penyakit mematikan lainnya juga perlu ditingkatkan kewaspadaannya.
Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan agar kita dapat menghindari bahaya DBD yang senantiasa mengintai kita.
Baca juga : Wali Kota Batu: Sanksi Berat Menanti Pelanggar Perwali Protokol Kesehatan
Mengenal Sang Nyamuk Penyebab Kematian
Seperti kita ketahui bahwa penyebab DBD adalah seekor nyamuk yang dikenal dengan nama Aedes Aegypti. Dan penularannya adalah melalui virus yang dibawa oleh kebanyakan nyamuk betina. Di musim penghujan inilah masa rawan nyamuk tersebut tumbuh dan berkembang. Namun ada banyak jenis nyamuk yang menyerupai si kecil yang mematikan ini. berikut ini adalah ciri ciri dari nyamuk Aedes Aegypti:
- Tubuh nyamuk berwarna cokelat kehitaman
- Ukuran tubuhnya tiga sampai empat sentimeter
- Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik bergaris putih keperakan
- Di bagian punggungnya terdapat dua garis vertikal di sisi kiri dan kanan
- Sisik tubuh nyamuk terkadang rontok pada nyamuk betina yang sudah tua
Selain itu, ukuran dan warna tubuh nyamuk DBD dapat bervariasi, hal ini tergantung kondisi lingkungan dan nutrisinya. Nyamuk DBD betina dan jantan tidak banyak perbedaan. Hal yang membedakan hanya keberadaan rambut di antena nyamuk jantan.
Tempat Perkembangbiakkan Sang Nyamuk
Nyamuk DBD tidak suka bertelur di air yang kotor, nyamuk-nyamuk ini akan bertelur di genangan air yang bersih. Air bersih yang dimaksud adalah air yang bening, misal tutup botol yang tergeletak terbalik akan rawan menampung air hujan, air yang ditampungnya berpotensi menjadi genangan air yang bening dan menjadi habitat nyamuk DBD.
Nyamuk Aedes Aegypti bisa bertelur dalam sebuah wadah atau genangan air dengan jumlah yang cukup banyak. sekali bertelur 200-400 telur. Namun siklus hidupnya hanya singkat, sang nyamuk mampu bertahan hidup paling lama dua minggu.
Pelajari Kapan Nyamuk Ini Menghisap Darah
Berbeda dengan kebanyakan nyamuk lain yang akan menggigit sewaktu-waktu, nyamuk ini mempunyai siklus teratur untuk menghisap darah. Di luar jam itu nyamuk ini akan berdiam di genangan air untuk bertelur mengingat siklus hidupnya yang singkat. Nyamuk ini memerlukan protein dalam darah kita untuk membantunya bertelur lagi. Oleh karena itu nyamuk betina akan menghisap darah pada waktu tertentu.
Siklus waktu nyamuk betina adalah pada pukul 06.00 hingga 09.00 dan ada juga siklus pada sore hari yaitu pukul 15.00-17.00 Wib. Namun, penelitian terbaru juga menyebutkan adanya pergeseran siklus sang nyamuk untuk ‘beroperasi’. Dilansir dari kompas.com sebuah riset dari Universitas Hassanudin Makassar, pada 2012 lalu menemukan fakta bahwa sang nyamuk juga ‘beroperasi’ pada malam hari. Hasil penelitian ini menyebutkan sang penghisap darah juga mencari darah pada malam hari yaitu pukul 17.00-18.00 WITA.
Cara-cara Menghindari Perkembangbiakkan Sang Nyamuk
Ada beberapa cara yang bisa kita perhatikan untuk memangkas perkebangbiakkan sang nyamuk. Berikut tujuh cara menghindarinya:
- Menutup tempat penampungan air.
- Membuang sampah yang berpotensi menyimpan genangan air.
- Menguras bak mandi secara berkala
- Menggunkaan obat nyamuk pada jam-jam nyamuk beroperasi.
- Menggunakan tirai atau kelambu pada tempat tidur.
- Mengenakan pakaian tertutup saat berada di luar rumah.
- Hindari menggantung pakaian sembarangan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu Kartika Trisulandari menghimbau warga Kota Batu untuk tetap waspada terhadap gejala DBD di tengah pandemi virus Covid 19. Ia mengimbau agar warga juga tidak terlena dan melupakan bahaya lain yang mengancam di samping Covid 19 yang saat ini sedang melanda.
“Kami Dinas Kesehatan Kota Batu mengimbau agar masyarakat juga memperhatikan bahaya lain selain Covid 19. Ada bahaya yang mengintai kita semua pada musim penghujan ini yang tidak kalah mematikan yaitu DBD. Mari kita waspada dan bersama-sama mencegah agar DBD tidak menjadi ancaman yang juga mengintai nyawa kita semua”. Ujar Kartika.
(MP-Rf)