Bom BNT250 Lolos Uji, Indonesia Makin Mandiri dalam Produksi Alutsista
CITILIVE — Indonesia mencatat langkah penting dalam kemandirian industri pertahanan setelah bom BNT250 buatan dalam negeri dinyatakan lolos uji sertifikasi dan layak operasional. Uji coba dijalankan di Air Weapon Range (AWR) Pandanwangi, Lumajang, Jawa Timur, menggunakan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi.
Sebanyak 12 bom BNT250 diuji oleh dua penerbang tempur TNI AU, Letkol (Pnb) Anwar “Weasel” Sovie dan Mayor (Pnb) Windi “Lion” Darmawan. Uji ini menjadi dasar kelayakan teknis sekaligus kesiapan bom tersebut masuk daftar arsenal persenjataan TNI AU.
Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Muchtadi Anjar Legowo, menyebut uji coba dilakukan untuk menilai fungsi, akurasi, dan integrasi bom dengan F-16.
“Pengujian ini menjadi penilaian kelayakan sebelum digunakan secara operasional,” ujarnya, Senin (24/11/2025).
Dari 12 bom yang dilepas, 10 unit diuji dengan metode continuously computed impact point (CCIP) atau serangan menukik, di mana sistem menghitung titik jatuh secara real-time. Dua unit lainnya dilepas dengan metode continuously computed release point (CCRP), yaitu pelepasan otomatis berdasarkan perhitungan komputer saat pesawat terbang datar.
Wakil Presiden Direktur PT Sari Bahari, Putra Prathama Nugraha, menjelaskan seluruh bom diuji dari ketinggian 1.800–10.000 kaki dan seluruhnya tepat mengenai target dengan deviasi kurang dari 30 meter. “Hasil ini bukti bahwa alutsista produksi dalam negeri memiliki kualitas yang tidak kalah dari luar negeri,” katanya.

Bom BNT250 merupakan bom tajam standar NATO hasil kolaborasi PT Sari Bahari (Malang) dan PT Dahana, dengan pengawasan langsung Dislitbang TNI AU. BNT250 memiliki berat 250–270 kilogram, panjang 2.300 mm, dan diameter 273 mm—kelas bom yang digunakan banyak angkatan udara besar di dunia.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Yusep Nugraha Rubani, mengapresiasi keberhasilan uji tersebut.
“Sinergi industri dan TNI AU menunjukkan kedaulatan bangsa dalam teknologi pertahanan,” katanya.
Keberhasilan ini membuat bom BNT250 mulai dilirik negara-negara ASEAN. Sebelumnya, Vietnam telah mengimpor bom P100 Series buatan PT Sari Bahari pada 2023. “Minat ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu mandiri dalam pertahanan,” tambah Putra.
PT Sari Bahari, anggota Pinhantanas, memproduksi berbagai bom standar Rusia dan NATO, termasuk seri P-100 hingga P-500, BNL125, BNL250, BNM250, dan BNT250. Perusahaan ini juga tengah mengembangkan smart bomb B250ST, yang dapat dilepas dari jarak 50–70 km. (Ab/Sh)
