Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
27/07/2024
SPORTLIVE

Singgih Pitono, Striker Legendaris Arema Malang

  • Oktober 9, 2020
  • 5 min read
Singgih Pitono, Striker Legendaris Arema Malang

MALANG, malangpost.id – Sang striker legendaris Arema Malang, memang bukan asli Arek Malang. Namun dominasi karir sepak bolannya selama delapan tahun, ia dedikasikan untuk tim Singo Edan. Lima musim Galatama 1988/1989, 1990, 1991/1992, 1992/19931993/1994, dan Liga Indonesia 1994/1995, serta 1995/1996.  

Sisanya bersama empat tim lainnya. Mulai Petrokimia Putra Gresik, Putra Samarinda, Persema Malang dan tim tanah kelahirannya, Perseta Tulungagung. Empat musim terakhir ini,  berlanjut menjadi bagian dari tim pelatih Arema FC. Diawali tim Arema U-21, hingga kini tim senior.  

Sejak usia 16 tahun, dia telah merantau ke Kota Malang, yang berjarak 107 km dari kampung halamannya, Ngunut di Tulungagung. Untuk melanjutkan pendidikannya. Di Malang pulalah, pemain kelahiran 14 Mei 1967 tersebut, menamatkan pendidikan di SMA Cokroaminoto. Selain bermain sepak bola di klub-klub amatir.

Setahun setelah tamat SMA, dia harus balik kampung. Bermain di tim yunior Perseta Tulungagung dan beberapa tim amatir di Tulungagung. Karena usianya yang terlalu belia dan belum layak, dia harus meninggalkan mimpi menjadi pemain Arema, saat baru pertama terbentuk tahun 1987.

Menemui titik terang

Barulah pertengahan 1988, Singgih mulai menemukan titik terang kelanjutan karier sepak bolanya. Arema yang tengah beruji coba ke Tulungagung, jelang dua bulan bergulirnya Galatama IX 1988 / 1989, kepincut karakter bermainya yang keras dan pantang menyerang.

‘’Waktu itu bulan Agustus 1988. Arema menggelar uji coba melawan Tulungagung Selection di Tulungagung. Skor akhir 1-1. Saya yang cetak gol ke gawang Baco Pieter, saat membela Tulungagung Selection,’’ awalnya bercerita.

Selesai pertandingan, lanjutnya, dia didatangi pelatih Arema, Sinyo Aliandoe dan Humas Arema Ovan Tobing. Ikut juga mendampingi owner tim, Lucky Acub Zainal.

Baca Juga:  Arema FC Datangkan Kiper Brasil, Siapa Dia ?

‘’Mereka mengajak saya gabung Arema. Besoknya dengan modal nekat dan bismillahirrahmanirrahim naik bus bumel ke  Malang. Ya Arema dan Malang, sejak itu menjadi jodoh karakter sepak bola saya. Meski saya ini pemain kampung,’’ imbuh  pemegang lisensi B AFC Coaching Certificate Course itu.

Delapan musim bersama Arema, Singgih sukses mengukir empat prestasi sensional. Masing-masing juara Galatama XII 1992 / 1993, top scorer Galatama XII 1991/1992 (21 gol), runner up Piala  Galatama 1992 dan top scorer Galatama XI 1992/1993 (16 gol).

Selain Arema, Singgih pernah membela Petrokimia Putra Gresik, sebegai pemain pinjaman  dari Arema. Di klub ini, dia masuk babak perempatfinal Asian Cup Winners’ Cup 1995.

Berjuang bagi Indonesia

Begitu juga untuk Timnas Indonesia. Suami dari Sutami yang telah dikaruniai empat orang anak tersebut, tercatat dua tahun berkostum merah putih.

Tampil pada babak kualifikasi Pra Piala Dunia, Zona Asia Grup C di Singapura dan Qatar (1993). Kemudian kualifikasi Asian Cup Grup 5 di Singapura (1992) dan King’s Cup di Bangkok, Thailand (1992). Serta bersama Timnas Indonesia, meraih juara ketiga Piala Kemerdekaan di Jakarta tahun 1992.

‘’Jangan membandingkan berapa jumlah hadiah uang dan bentuk trofi, bagi top scorer era Galatama (Liga Sepak Bola Utama) dengan Liga 1 bahkan Liga 2, yang mendapatkan sepatu emas dan prize money Rp 150 juta. Dulu top scorer Galatama 1991/1992 dan 1992/1993, hanya dapat plakat biasa dari kayu. Bukan bentuk sepatu emas mentereng model sekarang. Nggak ada hadiah uang,’’ kenang Singgih.

Bahkan untuk penyerahannya, tambah dia, juga tidak ada acara khusus. Hanya setelah pertandingan terakhir Arema, panpel memanggil Singgih dan diberikan plakat top scorer. Meski demikian, hal itu tidak membuat dia gusar. Terpenting bagi dia, adalah catatan sejarah yang tak terlupakan.

Baca Juga:  Bukan RI, Bola Piala Dunia 2022 Qatar Ternyata Dibuat di Sini

Selain aktivitas menjadi bagian dari Arema di jajaran pelatih, sejak 2014 hingga kini, Singgih juga berwiraswasta. Menjadi petani tambak ikan gurami. Bersama sang istri, empat kolam ikan nun jauh di kampung halamannya, di Desa Ngunut Tulungagung, menjadi usaha di luar sepak bola. Tentunya selain mengelola Akademi Arema Ngunut, Tulungagung, yang menjadi miliknya sejak 2011.

‘’Alhamdulillah di luar sepakbola, bersama istri dan dibantu beberapa orang kampung, mengelola usaha tambak ikan gurami di halaman belakang rumah. Ada empat kolam tambak. Alhamdulillah dari usaha ini, tak terdampak atau kena imbas ekonomi karena virus corona,’’ sebut Singgih penuh syukur.

Karenanya saat libur latihan atau akhir pekan, Singgih selalu menyempatkan pulang. Kesempatan itu dimanfaatkan untuk menghabiskan waktu ‘bercengkerama’ dengan iklan.

‘’Ini awalnya hanya hobi yang kini menghasilkan. Pembeli ikan datang sendiri, jadi saya tidak perlu sampai menjual ke pasar. Sekali panen bisa 20 kuintal,’’ ujar Singgih. (act/rdt)

BIODATA :

Nama                    : Singgih Pitono

Lahir                      : Ngunut, Tulung Agung, 14 Mei 1967

Istri        : Sutami

Anak                      :Rendyan Putono Putra, Nova Ligina Pitono, Denna Lorenza, Zarka Safiq

Pendidikan         : Alumni SMA Cokroaminoto, Kota Malang (1985)

Karir pemain bersama Arema FC

Ligina II 1995/1996

Ligina I 1994/1995

Galatama XIII 1993/1994

Galatama XII 1992/1993

Galatama XI 1991/1992

Galatama IX 1990

Galatama IX 1988/1989

Prestasi pemain bersama Arema FC

1992/1993 Juara Galatama XII 1992/1993

1992/1993 Top scorer Galatama XII (16 gol)

1992 Runner up Piala  Galatama

1991/1992 Top scorer Galatama XI (21 gol)

Prestasi pemain bersama tim lain

1995 Petrokimia Putra Gresik (Perempatfinalis Asian Cup Winners’ Cup)

1993 Timnas Indonesia (ke-4 Kualifikasi Pra Piala Dunia Zona Asia Grup C di Singapura dan Qatar)

Baca Juga:  Mike Tyson Nyatakan Siap Tanding Tahun Ini

1992 Timnas Indonesia (runner up Kualifikasi Asian Cup Grup 5 di Singapura)

1992 Timnas Indonesia (fase grup King’s Cup di Bangkok, Thailand)

1992 Timnas Indonesia (juara ketiga Piala Kemerdekaan di Jakarta)