9 Risiko Sleep Call Saat Tidur Malam: Nyaman di Awal, Bahaya di Akhir?

POPULER – Sleep call kini telah menjadi kebiasaan populer, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Berawal dari niat baik untuk tetap terhubung secara emosional baik dengan pasangan, sahabat, atau keluarga. Kebiasaan berbicara lewat telepon hingga tertidur ini dinilai romantis dan menenangkan. Namun, di balik kenyamanannya, sleep call ternyata menyimpan sederet risiko yang patut diwaspadai, terutama jika dilakukan setiap malam tanpa batasan.
Di era digital seperti sekarang, di mana konektivitas tanpa batas menjadi gaya hidup, penting bagi kita untuk menyadari bahwa tak semua kebiasaan modern memberikan dampak positif dalam jangka panjang terutama terhadap kesehatan fisik dan mental.
Ini risiko sleep call jika terlalu sering dilakukan

Berikut adalah 9 risiko tersembunyi dari kebiasaan sleep call yang perlu kamu pertimbangkan, agar tidurmu benar-benar menjadi waktu pemulihan terbaik bagi tubuh dan pikiran.
- Mengganggu Jam Tidur Ideal
Sleep call sering kali berlangsung lebih lama dari yang direncanakan. Alih-alih tidur pada jam 10 malam, kamu justru baru memejamkan mata lewat tengah malam. Padahal, menurut pakar tidur, jam tidur ideal adalah antara pukul 21.00 hingga 23.00 untuk menjaga ritme sirkadian tubuh tetap optimal.
Risiko:
Kurangnya jam tidur berkualitas akan menurunkan imunitas, mengganggu metabolisme, dan menyebabkan kelelahan di pagi hari.
- Membentuk Ketergantungan Emosional
Jika setiap malam kamu hanya bisa tidur setelah sleep call, itu bisa menjadi pertanda adanya ketergantungan emosional. Saat sleep call menjadi satu-satunya cara untuk merasa tenang, kemampuan untuk mengelola emosi secara mandiri akan terganggu.
Risiko:
Ketika suatu saat kamu tidak bisa sleep call (karena sibuk, putus hubungan, atau hal lain), kamu bisa mengalami kecemasan berlebihan atau insomnia.
- Paparan Cahaya Biru dari Layar
Bagi yang melakukan sleep call lewat video call, cahaya dari layar gadget (blue light) akan menghambat produksi melatonin—hormon yang membantu kita tertidur nyenyak.
Risiko:
Tidur jadi tidak dalam, sering terbangun di malam hari, dan bangun pagi dengan perasaan lelah.
- Gangguan Privasi dan Ruang Pribadi
Tidur adalah waktu paling personal untuk tubuh dan pikiran beristirahat. Sleep call terus-menerus bisa membuat kamu kehilangan ruang privat dan ketenangan, bahkan saat sudah tidak berbicara lagi di telepon.
Risiko:
Kamu jadi tidak punya “waktu sendiri” yang cukup untuk refleksi, melepaskan stres harian, atau menjalani rutinitas tidur yang sehat.
- Potensi Gangguan pada Hubungan
Alih-alih mempererat hubungan, sleep call yang terlalu sering bisa menimbulkan ekspektasi tidak sehat antar pasangan—misalnya harus selalu online setiap malam, atau cemburu jika salah satu tertidur lebih dulu.
Risiko:
Konflik kecil bisa muncul karena tekanan untuk selalu terhubung, yang pada akhirnya melelahkan secara emosional.
- Risiko Radiasi Ponsel
Meski belum terbukti 100% berbahaya, tidur dekat dengan ponsel yang aktif—apalagi dengan koneksi internet terus menyala—berpotensi meningkatkan paparan radiasi gelombang elektromagnetik.
Risiko:
Dalam jangka panjang, paparan radiasi bisa berdampak pada kualitas tidur, gangguan saraf, bahkan potensi risiko gangguan kesehatan lainnya.
- Baterai dan Gadget Overheat
Ponsel yang digunakan untuk sleep call semalaman rawan panas berlebih (overheat), apalagi jika tidak ditaruh di tempat yang aman.
Risiko:
Gadget bisa rusak, baterai cepat drop, dan lebih parahnya—meningkatkan risiko kebakaran kecil jika dibiarkan di atas kasur atau selimut.
- Mengganggu Fokus dan Produktivitas Esok Hari
Tidur yang tidak berkualitas membuat kamu bangun dalam kondisi tidak segar, mood buruk, dan kurang fokus saat beraktivitas.
Risiko:
Kualitas pekerjaan menurun, sulit konsentrasi di kelas atau kantor, dan pada akhirnya mengganggu performa harian.
- Menurunkan Kualitas Tidur Tanpa Disadari
Meskipun terasa nyaman, tidur dengan ponsel yang tetap menyala membuat tidur tidak masuk dalam fase “deep sleep” atau tidur dalam. Gangguan kecil seperti suara notifikasi, sinyal, atau bahkan suara dari lawan bicara bisa membuat otak tidak benar-benar beristirahat.
Risiko:
Kamu bangun dengan rasa lelah, kepala berat, dan butuh waktu lebih lama untuk kembali fokus.
Lalu, Haruskah Sleep Call Dihindari Sepenuhnya?
Tidak juga. Sleep call bisa tetap menjadi sarana komunikasi emosional yang positif jika dilakukan dengan bijak. Kuncinya adalah mengatur durasi, frekuensi, dan tidak bergantung sepenuhnya pada sleep call untuk tidur. Jika ingin tetap terhubung dengan orang terdekat, lakukan pembicaraan ringan di awal malam, dan akhiri sebelum jam tidur ideal.
Tips Aman Jika Ingin Tetap Sleep Call:
- Gunakan audio call saja, hindari video call berlama-lama.
- Batasi waktu sleep call, maksimal 30 menit sebelum waktu tidur.
- Aktifkan mode “Do Not Disturb” agar notifikasi tidak mengganggu.
- Letakkan ponsel jauh dari kepala, misalnya di meja samping tempat tidur.
- Sisihkan 2–3 malam dalam seminggu untuk tidur mandiri tanpa gadget.
Sleep call mungkin terasa nyaman dan menyenangkan, tetapi tidur yang berkualitas tetap harus jadi prioritas. Ingat, tidur bukan hanya soal waktu, tapi juga soal kualitas. Jangan sampai kebutuhan emosional sesaat mengorbankan kesehatan jangka panjang.
Sudah saatnya kamu menata ulang rutinitas malam hari. Jika ingin tetap terhubung dengan orang terkasih, lakukan dengan bijak dan sehat. Prioritaskan kualitas tidur, karena dari tidur yang cukup kesehatan, produktivitas, dan kebahagiaanmu dimulai.(ab)