Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
21/11/2024
POPLIVE

Ini Alasan Seseorang Gemar Flexing alias Pamer Harta

desi3
  • April 5, 2022
  • 2 min read
Ini Alasan Seseorang Gemar Flexing alias Pamer Harta

FEATURES, malangpost.id – Saat ini, flexing menjadi fenomena yang sering terlihat. Banyak dari pengguna internet yang sering memperlihatkan pencapaian diri afau flexing di sosial media. Mulai dari barang-brang mewah bermerek, makan di restoran fancy, hingga foto-foto liburan ke luar negeri. Namun ternyata, tren pamer harta ini kerap dilakukan oleh mereka yang tidak benar-benar kaya.

Selain itu, gambaran kehidupan yang ditampilkan di sosial media tak selamanya seperti yang terlihat. Justru, banyak pelaku flexing melakukan hal tersebut dengan berbagai alasan yang jauh dari kesan bahagia.

Ini dia beberapa alasan seseorang gemar flexing di media sosial sebagaimana kami rangkum dari berbagai sumber.

Tidak percaya diri

Orang yang tidak percaya diri akan berusaha mencari pengakuan untuk menekan rasa insecure yang dirasakannya. Merasa tidak mampu dan lebih rendah dari orang lain sehingga tampil berlebihan dengan kesan superior.

Luka atau trauma di masa lalu

Setiap bentuk perilaku yang dilakukan seseorang, bisa jadi merupakan hasil dari pengalaman di masa lalu. Begitu juga dengan flexing. Tidak mendapat cukup perhatian atau beban ekspektasi dari orang lain seperti orang tua, juga bisa menjadi salah satu cara mencari perhatian flexing. Yaitu, dengan menunjukkan sesuatu yang dimiliki kepada orang-orang sekitar.

Agar dilihat mampu dari orang lain

Salah satu alasan seseorang flexing diantarnaya adalah agar dilihat mampu oleh orang lain. Tidak melulu selalu pamer harta kekayaan, bisa juga untuk menunjukkan kredibilitas atas suatu kemampuan kepada orang lain secara berlebihan agar mendapatkan pengakuan.

Rasa khawatir akan penolakan

Selain beberapa alasan di atas, flexing juga bisa disebabkan oleh rasa khawatir terhadap penolakan. Seseorang yang merasa ragu atas kemampuan diri bisa jadi merasa takut mengalami penolakan terhadap apapun. Untuk meminimalisir kekhawatiran tersebut, akhirnya melakukan berbagai cara yang bahkan melebihi batas kemampuan diri sendiri. Contohnya, memaksakan untuk berhutang untuk membeli barang-barang mewah agar bisa diterima di kelas sosial yang tinggi.