Unair Menjelaskan Alasan Pemberhentian Dekan Fakultas Kedokteran

NEWSLIVE – Universitas Airlangga (Unair) Surabaya memberikan klarifikasi mengenai pemberhentian Prof. Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG.(K) dari posisi Dekan Fakultas Kedokteran. Ketua Pusat Komunikasi dan Informasi Publik (PKIP) Unair, Martha Kurnia Kusumawardani, dalam pernyataan tertulis di Surabaya pada Kamis, mengonfirmasi berita yang beredar di media sosial tentang pemberhentian Dekan FK Unair.
“Keputusan pemberhentian ini merupakan kebijakan internal untuk meningkatkan tata kelola dan memperkuat kelembagaan, khususnya di Fakultas Kedokteran Unair,” ujarnya.
Unair menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Prof. Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG.(K) atas dedikasinya selama menjabat sebagai dekan. “Kami menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. dr. Budi Santoso Sp.OG.(K) atas semua pengabdian dan jasa-jasanya selama memangku jabatan tersebut,” tambahnya.
Martha berharap Fakultas Kedokteran Unair terus menjadi institusi yang mampu memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara Indonesia. Kabar pemberhentian ini muncul setelah pernyataan Prof. Budi Santoso tersebar di grup WhatsApp Dosen FK Unair pada Rabu (3/7). Dalam pernyataannya, Budi Santoso berpamitan kepada sekitar 300 anggota grup setelah menerima keputusan Rektorat Unair.
“Dengan ini saya ingin mengumumkan bahwa saya diberhentikan dari jabatan Dekan FK Unair. Saya menerima keputusan ini dengan lapang dada dan ikhlas. Mohon maaf jika selama kepemimpinan saya ada kesalahan dan kekhilafan. Mari kita terus perjuangkan FK Unair tercinta untuk maju dan berkembang,” demikian petikan pernyataan Budi Santoso dalam grup tersebut.
Dilansir dari Antara News, Budi Santoso mengonfirmasi pernyataannya itu sebagai bentuk kewajiban untuk berpamitan dengan para dosen dan senior. “Benar, itu pesan dari saya di grup dosen FK Unair. Saya benar-benar diberhentikan per hari ini,” katanya.
Ketika ditanya apakah pemberhentian tersebut berkaitan dengan penolakannya terhadap program mendatangkan dokter asing ke Indonesia, Budi Santoso membenarkannya. “Iya, proses pemanggilan saya berkaitan dengan itu,” ujarnya.
Menurut Budi Santoso, ada perbedaan pendapat antara dirinya dan pimpinan Unair terkait program Kemenkes mendatangkan dokter asing. “Karena rektor adalah pimpinan saya dan ada perbedaan pendapat, saya menerima keputusan beliau. Namun, saya menyuarakan hati nurani. Saya yakin, jika semua dokter ditanya, apakah rela ada dokter asing? Jawabannya pasti tidak,” katanya.
Budi Santoso mengatakan bahwa ia dipanggil oleh Rektorat Unair pada Senin (1/7) untuk mengklarifikasi pernyataannya yang menolak program dokter asing di Indonesia. Keputusan pemberhentian diterimanya pada hari itu juga. Dalam pernyataan pribadi kepada wartawan di Jawa Timur pada Kamis (27/6), Budi Santoso menyatakan bahwa dirinya tidak setuju dengan program dokter asing di Indonesia. “Secara pribadi dan institusi, kami dari Fakultas Kedokteran tidak setuju,” katanya.
Prof. Budi yakin bahwa 92 Fakultas Kedokteran di Indonesia mampu meluluskan dokter-dokter yang berkualitas yang tidak kalah dengan dokter-dokter asing.