Netwriter can get reward Join NowDaftar / Login Netwriter
22/11/2024
NEWSLIVE

Mahasiswa Unigoro Ciptakan Teh Daun Beluntas untuk Lansia

Selli
  • Juli 3, 2024
  • 3 min read
Mahasiswa Unigoro Ciptakan Teh Daun Beluntas untuk Lansia

NEWSLIVE Mahasiswa Agribisnis Universitas Bojonegoro (Unigoro) menciptakan teh daun beluntas sebagai upaya pengobatan bagi lanjut usia (lansia). Inovasi ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) yang didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2024.

Salah satu mahasiswa, Sony, menjelaskan bahwa ide ini berawal dari melimpahnya tanaman beluntas di Desa Bonorejo, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro. Meskipun tanaman ini sering dianggap tidak bernilai ekonomis, berbagai penelitian menunjukkan bahwa beluntas memiliki banyak khasiat kesehatan.

“Teh daun beluntas dapat mengontrol gula darah bagi penderita diabetes, menurunkan tekanan darah, mengobati rematik, dan pegal linu,” jelas Sony. Dia menambahkan, banyak lansia yang menderita penyakit tersebut bergantung pada obat-obatan kimia, sehingga mereka mengolah daun beluntas menjadi teh agar lebih mudah dikonsumsi.

Sebelum melakukan sosialisasi dan pelatihan, Sony bersama rekan-rekannya, Nelly Agustina R.F., Ardhi Taruna Revi S.P., dan Ferdhi Dwi Cahyanto, melakukan survei, riset produk, dan berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat. Mereka kemudian mengajukan proposal berjudul “Inovasi Daun Beluntas (Plucea Indica (L) Less) sebagai Minuman Herbal dalam Upaya Mengatasi Berbagai Keluhan Penyakit pada Lansia”.

“Kami juga melibatkan kader posyandu lansia dan kader PKK sebagai mitra pengabdian masyarakat, karena mereka banyak berinteraksi dan memberikan pelayanan kepada lansia di Desa Bonorejo,” tambah Sony.

Dilansir dari Antara News, Ardhi Taruna Revi S.P. menambahkan, para kader posyandu lansia dan kader PKK Desa Bonorejo turut mengambil daun beluntas yang tumbuh liar di sepanjang jalan desa, mencucinya bersih, dan mengeringkannya. Terdapat dua metode pengeringan, yaitu di bawah sinar matahari dan sinar lampu bohlam. Metode pengeringan ini menghasilkan produk teh dengan tekstur yang berbeda.

Baca Juga:  571 Mahasiswa Ikuti Wisuda Virtual ITN Malang

“Pengeringan di bawah sinar matahari menghasilkan teh yang lebih kasar seperti daun teh tubruk, sementara pengeringan di bawah sinar lampu bohlam menghasilkan serbuk halus yang memerlukan waktu hingga lima hari untuk kering sempurna,” jelas Ardhi.

Teh daun beluntas ini kemudian dikemas dalam kantong teh celup. Jika dipasarkan, harganya berkisar antara Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per kemasan yang berisi sembilan kantong teh celup.

Respons masyarakat Desa Bonorejo sangat antusias terhadap program ini. Mereka terinspirasi untuk memproduksi teh daun beluntas di rumah masing-masing. “Rasanya tidak jauh berbeda dengan teh-teh lainnya,” kata Ardhi.

Dosen Pendamping Lapangan (DPL) Fina Sulistiya Ningsih, SP, MP menyatakan bahwa tujuan dari program ini adalah memberikan pemahaman kepada kader posyandu lansia dan PKK agar bisa memberikan layanan berupa obat herbal untuk mengurangi konsumsi obat kimia. Selain itu, masyarakat Desa Bonorejo diharapkan bisa memproduksi sendiri teh daun beluntas untuk pengobatan.

“Output dari program ini adalah produk yang dikenalkan dan dikembangkan di Desa Bonorejo. Kami juga memiliki buku panduan pembuatan teh daun beluntas dan jurnal pengabdian masyarakat yang akan diajukan untuk HaKI,” jelas Fina.