Fakta Mengejutkan, 75% Siswa Usia 15 Tahun Sulit Pahami Bacaan

NEWSLIVE – Kabar mengkhawatirkan datang dari dunia pendidikan Indonesia. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengungkapkan bahwa mayoritas atau sekitar 75 persen anak berusia 15 tahun di Indonesia memiliki kemampuan membaca di bawah standar internasional level 2 yang ditetapkan oleh PISA (Programme for International Student Assessment).
Artinya, meskipun secara teknis mereka mampu melafalkan kata-kata, pemahaman mendalam terhadap gagasan utama dan implikasi dalam sebuah teks panjang menjadi kendala serius yang perlu segera diatasi. Dalam sambutannya yang disampaikan pada acara Konsolidasi Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah 2025 yang berlangsung di PPSDM Kemendikdasmen, Depok, Jawa Barat, Menteri Mu’ti memaparkan data yang cukup mengkhawatirkan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa kemampuan membaca di bawah standar level 2 PISA mengindikasikan bahwa sebagian besar siswa usia 15 tahun kesulitan untuk mengidentifikasi ide pokok suatu teks, memahami hubungan antar bagian teks, serta menarik kesimpulan sederhana dari informasi yang mereka baca.
“Mereka mampu membaca tapi tidak paham dengan apa yang dibaca. Biasanya kalau membaca angka-angka cepat paham tapi membaca kata-kata pahamnya lama. Membaca angka ya bukan menghitung angka,” tegasnya di hadapan para pemangku kepentingan pendidikan yang hadir.
Lebih lanjut, Mu’ti tidak hanya menyoroti permasalahan dalam kemampuan membaca. Ia juga mengungkapkan data lain yang tak kalah memprihatinkan terkait kemampuan matematika siswa Indonesia. Berdasarkan hasil studi PISA tahun 2022, sebanyak 82 persen anak usia 15 tahun di Indonesia tercatat memiliki kemampuan matematika di bawah standar level 2 PISA. Standar ini mengimplikasikan bahwa sebagian besar siswa kesulitan dalam mengaplikasikan konsep-konsep matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam konteks kehidupan sehari-hari.
“Artinya, mereka kesulitan memahami aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari,” imbuhnya, menekankan pentingnya pemahaman konseptual dan aplikatif dalam matematika, bukan sekadar menghafal rumus.Menyikapi kondisi darurat literasi dan numerasi ini, Menteri Mu’ti menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah telah menyiapkan serangkaian program prioritas yang akan menjadi bagian integral dari penerjemahan Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu program unggulan yang disebutkan adalah perluasan wajib belajar menjadi 13 tahun. Langkah ini diharapkan dapat memberikan waktu yang lebih memadai bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan literasi dan numerasi secara komprehensif. Selain itu, Mu’ti juga menyinggung berbagai perbaikan yang akan dilakukan pada sistem pendidikan secara keseluruhan, termasuk kurikulum, metode pengajaran, dan peningkatan kualitas tenaga pendidik.Lebih jauh, Menteri Mu’ti menyoroti akar permasalahan yang turut berkontribusi pada rendahnya hasil belajar siswa, yaitu kesenjangan kualitas pendidikan antar daerah yang masih signifikan. Ia menjelaskan bahwa disparitas dalam infrastruktur pendidikan, kualitas guru, dan akses terhadap sumber belajar antar wilayah di Indonesia menciptakan ketidakadilan dalam kesempatan belajar bagi anak-anak bangsa.
“Kalau kemudian kita melihat bagaimana profil pendidikan kita menurut daerah, menurut berbagai wilayah di Indonesia, kita melihat adanya kesenjangan kualitas hasil belajar antar wilayah yang juga menjadi tantangan yang harus kita atasi bersama,” terangnya.
Oleh karena itu, upaya pemerataan kualitas pendidikan menjadi salah satu fokus utama dalam program-program yang akan diimplementasikan oleh Kemendikdasmen di bawah kepemimpinannya.Mu’ti menekankan bahwa perbaikan kualitas pendidikan dan penghapusan kesenjangan antar daerah memerlukan kolaborasi dan sinergi dari seluruh pihak terkait, termasuk pemerintah pusat dan daerah, tenaga pendidik, siswa, orang tua, serta masyarakat secara luas. Ia optimis bahwa dengan kerja keras dan komitmen bersama, tantangan-tantangan dalam dunia pendidikan Indonesia dapat diatasi dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa depan dapat meningkat secara signifikan.
Hasil studi PISA 2022 ini menjadi alarm bagi semua pihak untuk bergerak cepat dan mengambil tindakan nyata demi masa depan generasi penerus bangsa.